Rabu, 14 November 2012

TARI PERSAHABATAN OLALALA




TARI PERSAHABATAN “OLALALA”

Ani Qudsiy*

Sekarang aku kelas enam. Itu artinya, aku akan berpisah dengan teman-temanku dan masuk SMP. Untuk acara perpisahan, siswa kelas enam harus menampilkan tarian secara berkelompok.
Tentu saja, aku, Lala, Lani dan Lara satu kelompok. Mereka kan sahabatku sejak kelas satu. Kami sepakat akan menunjukan tarian terbaik. Tarian ini akan menjadi kenang-kenangan yang manis dengan sahabat-sahabatku yang tak pernah terlupakan.
Tari perpisahan nanti bertema tentang keceriaan dan kebahagiaan. Jadi, kelompokku sepakat akan menari dengan gaya ala grup band Korea. Mulai dari kostum dan aksesoris sudah pasti harus sama dan modis. Kata Bu guru, setiap kelompok harus menampilkan kekompakan.
Sesuai usul dari Lara, maka, kami akan memakai kostum berwarna putih, sepatu putih, aksesoris kalung, gelang, anting, bando, ikat pinggang yang sama. Lengkap. Setelah disepakati, ternyata Lala mengusulkan untuk keluar dari kelompok dan masuk ke kelompok lain.
“Maaf, teman-teman. Aku tidak bisa bergabung dengan kelompok ini.” Ucap Lala.
“Kenapa La?”, Tanyaku.
“Aku tidak bisa memenuhi permintaan kelompok. Aku yakin, Ibuku tidak punya cukup uang untuk membelikan perlengkapan menari untukku. Jadi, lebih baik aku keluar saja dan bergabung dengan kelompok lain.” Keluh Lala dengan raut muka sedih lalu pergi meninggalkan kami.
Peraturan kostum sebenarnya usul dari Lara. Dia memang terbiasa memberi masukan yang harus disepakati. Kalo menurutku, ini tidak bisa dibiarkan. Bukankah setiap kelompok harus menunjukan kekompakan. Semua keputusan harus hasil dari kesepakatan bersama. Tidak boleh ada yang merasa menang sendiri dan kalah sendiri. Aku harus mencari jalan keluar supaya masalah ini selesai.
“Bagaimana ini Ola ?, kasihan Lala. Pasti di kelompok lain juga harus berkostum sama. Dia pasti akan menemui kesulitan lagi. Kita sebagai sahabat harus bersatu.” Keluh Lani.
“Ya sudah, kamu membujuk Lara supaya tidak seenaknya membuat keputusan. Soal kostum, kita harus kompak. Kalau ada salah satu teman kita yang tidak bisa memenuhi, itu artinya tidak kompak. Aku akan membujuk Lala supaya tidak cepat-cepat memutuskan keluar dari kelompok.”
***
Sore harinya, aku dan Lani berbagi tugas. Kita berdua pergi ke rumah Lara dan Lala bersama. Aku bertugas untuk membujuk Lara. Sedangkan Lani bertugas membujuk Lala.
“Kita ke rumah siapa dulu Ola ?” Tanya Lani.
“Lara dulu saja ya ?”
Sesampai di rumah Lara, sikapnya terlihat agak aneh. Mungkin dia merasa disalahkan. Tapi, kita tetap bersikap seperti biasa.
Setelah beberapa menit kita bertiga bersikap agak aneh, akhirnya Lani pun mengawali pembicaraan.
 “Hai, Ra, gimana nih, masa kita membiarkan Lala keluar dari kelompok. Kita kan bersahabat sejak kelas satu ?”
“Iya, Ra. Lagian tarian kita kan, membutuhkan anggota empat orang. Masalah kostum kan bisa dimusyawahkan lagi ?”
Lara, terlihat diam dan enggan bicara. Sepertinya, malas menanggapi masalah ini. Tapi, aku dan Lani tak hilang akal untuk terus merayu Lara supaya berbicara.
“Ayolah Ra, kamu tidak boleh begini, kita akan segera berpisah. Kamu tidak mau kan, membawa kenangan pahit persahabatan kita setelah berpisah hanya gara-gara masalah warna baju dan sepatu dong?.” Pintaku.
Akhirnya, perjuangan kami tidak sia-sia, Lara akhirnya bersuara.
“He… he… he…, iya terus apa yang harus kita lakukan ?”
“Ya, kamu tahu kan Ra, sahabat kita Lala memang dari keluarga yang sederhana. Ayahnya sudah tidak ada sejak kenaikan kelas lima. Tentu, kita masih ingat dengan janji kita dulu waktu kelas empat. Kita adalah sahabat dan harus saling melengkapi selama kita bisa.  Jadi, usulku mungkin kita bisa ke rumah Lala, dan Tanya dia punya baju dan sepatu warna apa ?, Nanti kita bisa menyesuaikan.” Usulku.
“Benar juga ya. Ayo kita ke rumah Lala sekarang.” Kata Lara.
***
Sesampai di rumah Lala, dia menyambut kedatangan kami bertiga dengan hangat.
“La, terpaksa alasan kamu keluar dari kelompok tari tidak bisa kami terima. Kami bertiga tadi mengusulkan, bagaimana kalau kostum disesuaikan dengan pilihan warna baju dan sepatu yang kamu punya” Jelas Lara.
“Aku suka sekali dengan usul itu. Sebenarnya, aku juga tidak mau keluar dari kelompok ini. Aku punya baju dan sepatu warna pink. Sepatu dan baju itu pemberian Ayah sebagai hadiah kenaikan kelas karena aku rangking satu. Tapi, takdir berkehendak lain, Ayah terkena maag krosnis dan pergi selama-lamanya.” Ungkap Lala.
“Maafkan aku ya La, aku tidak berfikir sejauh itu. Tidak kusangka kamu akan begitu sedih akibat kejadian ini.” Pinta Lara.
Akhirnya kami berempat sepakat untuk memakai kostum yang sama dan kompak. Gara-gara masalah kostum, akhirnya Lara berjanji tidak akan memaksakan pendapatnya lagi. Kami akan berlatih semaksimal mungkin. Kami sadar persahabatan harus saling mengerti dan melengkapi. Semua keputusan harus hasil kesepakatan bersama. Kami berempat Ola, Lani, Lala, dan Lara pasti akan kompak dan akan menarikan tari persahabatan “OLALALA” yang akan menjadi kenangan manis selamanya. ^_^