TARI
PERSAHABATAN “OLALALA”
Ani Qudsiy*
Sekarang
aku kelas enam. Itu artinya, aku akan berpisah dengan teman-temanku dan masuk
SMP. Untuk acara perpisahan, siswa kelas enam harus menampilkan tarian secara
berkelompok.
Tentu
saja, aku, Lala, Lani dan Lara satu kelompok. Mereka kan sahabatku sejak kelas
satu. Kami sepakat akan menunjukan tarian terbaik. Tarian ini akan menjadi
kenang-kenangan yang manis dengan sahabat-sahabatku yang tak pernah terlupakan.
Tari
perpisahan nanti bertema tentang keceriaan dan kebahagiaan. Jadi, kelompokku
sepakat akan menari dengan gaya ala grup band Korea. Mulai dari kostum dan
aksesoris sudah pasti harus sama dan modis. Kata Bu guru, setiap kelompok harus
menampilkan kekompakan.
Sesuai
usul dari Lara, maka, kami akan memakai kostum berwarna putih, sepatu putih,
aksesoris kalung, gelang, anting, bando, ikat pinggang yang sama. Lengkap.
Setelah disepakati, ternyata Lala mengusulkan untuk keluar dari kelompok dan
masuk ke kelompok lain.
“Maaf,
teman-teman. Aku tidak bisa bergabung dengan kelompok ini.” Ucap Lala.
“Kenapa
La?”, Tanyaku.
“Aku
tidak bisa memenuhi permintaan kelompok. Aku yakin, Ibuku tidak punya cukup
uang untuk membelikan perlengkapan menari untukku. Jadi, lebih baik aku keluar
saja dan bergabung dengan kelompok lain.” Keluh Lala dengan raut muka sedih lalu
pergi meninggalkan kami.
Peraturan
kostum sebenarnya usul dari Lara. Dia memang terbiasa memberi masukan yang
harus disepakati. Kalo menurutku, ini tidak bisa dibiarkan. Bukankah setiap
kelompok harus menunjukan kekompakan. Semua keputusan harus hasil dari
kesepakatan bersama. Tidak boleh ada yang merasa menang sendiri dan kalah
sendiri. Aku harus mencari jalan keluar supaya masalah ini selesai.
“Bagaimana
ini Ola ?, kasihan Lala. Pasti di kelompok lain juga harus berkostum sama. Dia
pasti akan menemui kesulitan lagi. Kita sebagai sahabat harus bersatu.” Keluh
Lani.
“Ya
sudah, kamu membujuk Lara supaya tidak seenaknya membuat keputusan. Soal
kostum, kita harus kompak. Kalau ada salah satu teman kita yang tidak bisa memenuhi,
itu artinya tidak kompak. Aku akan membujuk Lala supaya tidak cepat-cepat
memutuskan keluar dari kelompok.”
***
Sore
harinya, aku dan Lani berbagi tugas. Kita berdua pergi ke rumah Lara dan Lala
bersama. Aku bertugas untuk membujuk Lara. Sedangkan Lani bertugas membujuk
Lala.
“Kita
ke rumah siapa dulu Ola ?” Tanya Lani.
“Lara
dulu saja ya ?”
Sesampai
di rumah Lara, sikapnya terlihat agak aneh. Mungkin dia merasa disalahkan.
Tapi, kita tetap bersikap seperti biasa.
Setelah
beberapa menit kita bertiga bersikap agak aneh, akhirnya Lani pun mengawali
pembicaraan.
“Hai, Ra, gimana nih, masa kita membiarkan Lala keluar dari kelompok. Kita kan bersahabat sejak kelas satu ?”
“Iya,
Ra. Lagian tarian kita kan, membutuhkan
anggota empat orang. Masalah kostum kan bisa
dimusyawahkan lagi ?”
Lara,
terlihat diam dan enggan bicara. Sepertinya, malas menanggapi masalah ini.
Tapi, aku dan Lani tak hilang akal untuk terus merayu Lara supaya berbicara.
“Ayolah
Ra, kamu tidak boleh begini, kita akan segera berpisah. Kamu tidak mau kan, membawa kenangan pahit persahabatan
kita setelah berpisah hanya gara-gara masalah warna baju dan sepatu dong?.” Pintaku.
Akhirnya,
perjuangan kami tidak sia-sia, Lara akhirnya bersuara.
“He…
he… he…, iya terus apa yang harus kita lakukan ?”
“Ya,
kamu tahu kan Ra, sahabat kita Lala memang dari keluarga yang sederhana. Ayahnya
sudah tidak ada sejak kenaikan kelas lima. Tentu, kita masih ingat dengan janji
kita dulu waktu kelas empat. Kita adalah sahabat dan harus saling melengkapi
selama kita bisa. Jadi, usulku mungkin
kita bisa ke rumah Lala, dan Tanya dia punya baju dan sepatu warna apa ?, Nanti
kita bisa menyesuaikan.” Usulku.
“Benar
juga ya. Ayo kita ke rumah Lala sekarang.” Kata Lara.
***
Sesampai
di rumah Lala, dia menyambut kedatangan kami bertiga dengan hangat.
“La,
terpaksa alasan kamu keluar dari kelompok tari tidak bisa kami terima. Kami
bertiga tadi mengusulkan, bagaimana kalau kostum disesuaikan dengan pilihan
warna baju dan sepatu yang kamu punya” Jelas Lara.
“Aku
suka sekali dengan usul itu. Sebenarnya, aku juga tidak mau keluar dari
kelompok ini. Aku punya baju dan sepatu warna pink. Sepatu dan baju itu
pemberian Ayah sebagai hadiah kenaikan kelas karena aku rangking satu. Tapi, takdir
berkehendak lain, Ayah terkena maag krosnis dan pergi selama-lamanya.” Ungkap
Lala.
“Maafkan
aku ya La, aku tidak berfikir sejauh itu. Tidak kusangka kamu akan begitu sedih
akibat kejadian ini.” Pinta Lara.
Akhirnya
kami berempat sepakat untuk memakai kostum yang sama dan kompak. Gara-gara
masalah kostum, akhirnya Lara berjanji tidak akan memaksakan pendapatnya lagi.
Kami akan berlatih semaksimal mungkin. Kami sadar persahabatan harus saling
mengerti dan melengkapi. Semua keputusan harus hasil kesepakatan bersama. Kami
berempat Ola, Lani, Lala, dan Lara pasti akan kompak dan akan menarikan tari
persahabatan “OLALALA” yang akan menjadi kenangan manis selamanya. ^_^