Yakinlah, Bukan Murid Anda yang Bermasalah
*Ani Qudsiy
"Sudahlah, hentikan mengobok-obok siswa kita sebab sulit memahami mereka, tidak konsentrasi, atau bodoh. Obok-oboklah diri kita sebagai guru, apakah kita sudah memberikan stimulus yang tepat kepada siswa-siswa kita yang terlahir cerdas itu." (Munif Chatib)
Benar juga yaa...
Terkadang, saya sebagai guru, juga salah memberikan stimulus.
Bukan salah, lebih tepatnya kurang persiapan dan belum banyak belajar, ternyata anak-anak saya yang lebih pintar. Inilah maksudnya supaya guru itu dilarang GARIS DATAR (Gagap Informasi dan Teknologi Terupdate Sekarang).
Benarlah, sesuai dengan penelitian di Eropa bahwa yang diperbolehkan untuk menjadi guru SD--lebih tepatnya anak-anak seusia sekolah dasar--adalah mereka yang sudah S2 & S3. Supaya para guru tidak salah konsep, dan benar-benar paham dengan dunianya anak-anak.
Saya termasuk yang paling kalang kabut dengan ulah eksplor imajinasi anak privat saya, Naja namanya.
Pelajaran hari itu sampai pada Q.S. Al-Baqarah: 57, yang artinya, "Dan Kami naungi kamu dengan awan dan Kami menurunkan kepadamu Mann dan Salwa. Makanlah (makanan) yang baik-baik dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu. Mereka tidak mendholimi Kami, tetapi justru merekalah yang mendhalimi diri sendiri."
Dari Ayat tersebut, kita sepakat untuk mengembangkan ide masing-masing tentang makanan yang halal dan thayyib. Sejak awal kita berdua akan membelah ide-ide ala otak (main map/ peta konsep).
Hasilnya, sungguh luar biasa. Setelah ditulis, masing-masing saya dan Naja bergantian menyampaikan.
Banyak sekali pertanyaan dari Naja yang melenceng dari topik.
Inilah yang saya mau.
Sampai, pada sesi pertanyaan-pertanyaan darinya.
Naja= Apa mann dan salwa mba Ani?
Saya= mann sejenis madu, salwa sejenis burung puyuh sayang.
(Dalam hati berkata "untung aku dah tauuu" hehe)
Naja= Anggur adalah makanan halal Mba Ani.
Jawabku: Ow iya, tapi bisa haram dan tidak boleh dimakan, kalau dalam prosesnya terdapat unsur yang tidak baik, seperti hasil mencuri, dan sebagainya.
Terus, tadi Naja sebut minuman yang memabukkan, salah satunya juga alkohol juga ada yang terbuat dari anggur yang sudah dicampur dan diawetkan dengan zat tertentu.
Haduh, waktu itu saya sudah mulai was-was nih, ada jawaban yang saya sadari masih mengambang, "zat tertentu (karena saya lupa apa ya nama zat ituu..... :()"
Benerkan, akhirnya, Naja masih penasaran juga. zat apa mba Ani.
Jawabku: #@$%^@!...
nanti mba Ani cari lagi yaaa... hari ini mba Ani utang satuuu... hehehee
"Jawab dulu aja, sebisa mba Ani, masalahnya sirup anggur punyaku termasuk haram apa tidak itu, kan termasuk yang diawetkan... "
(Nah, ini nih kalau buktinya kalau anak ituu pintaaarrr, asal gurunya mau berusaha menstimulus)
PERTANYAAN DILANJUTKAN LAGI.
Naja = Mba Ani, Allah menciptakan malaikat dari apa??
Saya= dari Nur (cahaya).
Naja = Manusia, aku tahu dari tanah liat. (saya menambahkan juga yang dimaksud tanah liat bukanlah tanah liat yang ada di halaman rumah). Naja, manggut-manggut aja.
Naja= Syaitan dari apa mba Ani?
Saya = dari Api
Naja= Hewan dari apa mba? tumbuhan???
Saya= #@$%^&*%^ (sms teman minta bantuan menjawabbb, ternyataaa balasannya, (iya ya, apaan yaa, gw jadi mikirr nih))
Naja = nggak jadi tanya mba, kan mba Ani ndak bisa jawab..
Saya= ya, mba Ani utang duaaaa..
Nah, masih banyak lagi sesi pertanyaan yang kadang bikin terkejut...
Ini contoh kecciiiiiiiil banget dalam dunia pendidikan. Kalau sudah begini, siapa yang menjadi sandaran lain si anak atas rasa penasarannya, saya kira-kira saja ya orangtua atau teman paling.
Stimulus sudah jalan, gurunya perlu distimulus sendiri... kurang modal dan bekal pengetahuan. Walau bagaimanapun kekurangan seorang guru, anak terlanjur percaya kalau "guru adalah perpustakaan berjalan".
Saya jadi takut, bukan anak yang hutang pada gurunya.
TAPI Guru yang hutang banyak pada anak-anaknya, karena disitulah tempat memanen pengetahuan.
KALAU BEGITU, benarlah Bapak Alamsyah Said berkata:
"Wahai para orangtua, kepala sekolah, dan guru...
Manusia adalah karya terbaik Sang Maha Pencipta
Maka, pastilah setiap manusia memiliki potensi-potensi kecerdasan."
Manusia adalah makhluk yang penuh misteri,
Maka, kecerdasan manusia juga bekerja dengan cara yang misterius.
Tugas kita adalah menemukan potensi kecerdasan itu.
Wahai para orangtua, kepala sekolah, dan guru...
Titipkanlah anak Anda ke sekolah-sekolah serba-ada kecerdasan, dan ketahuilah:
Sekolah unggul adalah sekolah yang menerima siswa-siwanya apa adanya.
Sekolah unggul adalah sekolah yang menemukan kecerdasan siswa-siwanya.
Sekolah unggul adalah sekolah yang cara belajar mengajarnya mengikuti cara kerja otak.
Sekolah unggul adalah sekolah yang proses penilaiannya berbasis penilaian autentik.
Sekolah unggul adalah sekolah yang berfungsi sebgai agent of change bagi siswa-siswanya.
Maka saya pun merenung atas nasib sayaaa... Mungkin saja saya bisa hebat dan pintar kalau otak saya bekerja sesuai dengan cara kerjanya yang dioptimalkanlkan sedini mungkin. Yang terus diasah sampai sekarang. Saya pun lanjutkan bahwa:
Wahai para orangtua, kepala sekolah, dan guru
anak dan siswa-siswa kita bukanlah Albert Einstein atapun
B.J. Habibie yang bila diberi kalkulus tingkat sulit langsung bisa dilahap dalam sekejap.
Namun, anak dan siswa-siswa kita adalah dirinya sendiri dengan potensi dan kecerdasan masing-masing,
Maka temukan dan hargailah meskipun sebesar biji zarroh (sawi)."
TULISAN INI SAYA PERSEMBAHKAN KEPADA PAK GURU Heru Kurniawan yang terus berjuang untuk ANAK-ANAK @Rumah Kreatif Wadas Kelir
*Ani Qudsiy
"Sudahlah, hentikan mengobok-obok siswa kita sebab sulit memahami mereka, tidak konsentrasi, atau bodoh. Obok-oboklah diri kita sebagai guru, apakah kita sudah memberikan stimulus yang tepat kepada siswa-siswa kita yang terlahir cerdas itu." (Munif Chatib)
Benar juga yaa...
Terkadang, saya sebagai guru, juga salah memberikan stimulus.
Bukan salah, lebih tepatnya kurang persiapan dan belum banyak belajar, ternyata anak-anak saya yang lebih pintar. Inilah maksudnya supaya guru itu dilarang GARIS DATAR (Gagap Informasi dan Teknologi Terupdate Sekarang).
Benarlah, sesuai dengan penelitian di Eropa bahwa yang diperbolehkan untuk menjadi guru SD--lebih tepatnya anak-anak seusia sekolah dasar--adalah mereka yang sudah S2 & S3. Supaya para guru tidak salah konsep, dan benar-benar paham dengan dunianya anak-anak.
Saya termasuk yang paling kalang kabut dengan ulah eksplor imajinasi anak privat saya, Naja namanya.
Pelajaran hari itu sampai pada Q.S. Al-Baqarah: 57, yang artinya, "Dan Kami naungi kamu dengan awan dan Kami menurunkan kepadamu Mann dan Salwa. Makanlah (makanan) yang baik-baik dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu. Mereka tidak mendholimi Kami, tetapi justru merekalah yang mendhalimi diri sendiri."
Dari Ayat tersebut, kita sepakat untuk mengembangkan ide masing-masing tentang makanan yang halal dan thayyib. Sejak awal kita berdua akan membelah ide-ide ala otak (main map/ peta konsep).
Hasilnya, sungguh luar biasa. Setelah ditulis, masing-masing saya dan Naja bergantian menyampaikan.
Banyak sekali pertanyaan dari Naja yang melenceng dari topik.
Inilah yang saya mau.
Sampai, pada sesi pertanyaan-pertanyaan darinya.
Naja= Apa mann dan salwa mba Ani?
Saya= mann sejenis madu, salwa sejenis burung puyuh sayang.
(Dalam hati berkata "untung aku dah tauuu" hehe)
Naja= Anggur adalah makanan halal Mba Ani.
Jawabku: Ow iya, tapi bisa haram dan tidak boleh dimakan, kalau dalam prosesnya terdapat unsur yang tidak baik, seperti hasil mencuri, dan sebagainya.
Terus, tadi Naja sebut minuman yang memabukkan, salah satunya juga alkohol juga ada yang terbuat dari anggur yang sudah dicampur dan diawetkan dengan zat tertentu.
Haduh, waktu itu saya sudah mulai was-was nih, ada jawaban yang saya sadari masih mengambang, "zat tertentu (karena saya lupa apa ya nama zat ituu..... :()"
Benerkan, akhirnya, Naja masih penasaran juga. zat apa mba Ani.
Jawabku: #@$%^@!...
nanti mba Ani cari lagi yaaa... hari ini mba Ani utang satuuu... hehehee
"Jawab dulu aja, sebisa mba Ani, masalahnya sirup anggur punyaku termasuk haram apa tidak itu, kan termasuk yang diawetkan... "
(Nah, ini nih kalau buktinya kalau anak ituu pintaaarrr, asal gurunya mau berusaha menstimulus)
PERTANYAAN DILANJUTKAN LAGI.
Naja = Mba Ani, Allah menciptakan malaikat dari apa??
Saya= dari Nur (cahaya).
Naja = Manusia, aku tahu dari tanah liat. (saya menambahkan juga yang dimaksud tanah liat bukanlah tanah liat yang ada di halaman rumah). Naja, manggut-manggut aja.
Naja= Syaitan dari apa mba Ani?
Saya = dari Api
Naja= Hewan dari apa mba? tumbuhan???
Saya= #@$%^&*%^ (sms teman minta bantuan menjawabbb, ternyataaa balasannya, (iya ya, apaan yaa, gw jadi mikirr nih))
Naja = nggak jadi tanya mba, kan mba Ani ndak bisa jawab..
Saya= ya, mba Ani utang duaaaa..
Nah, masih banyak lagi sesi pertanyaan yang kadang bikin terkejut...
Ini contoh kecciiiiiiiil banget dalam dunia pendidikan. Kalau sudah begini, siapa yang menjadi sandaran lain si anak atas rasa penasarannya, saya kira-kira saja ya orangtua atau teman paling.
Stimulus sudah jalan, gurunya perlu distimulus sendiri... kurang modal dan bekal pengetahuan. Walau bagaimanapun kekurangan seorang guru, anak terlanjur percaya kalau "guru adalah perpustakaan berjalan".
Saya jadi takut, bukan anak yang hutang pada gurunya.
TAPI Guru yang hutang banyak pada anak-anaknya, karena disitulah tempat memanen pengetahuan.
KALAU BEGITU, benarlah Bapak Alamsyah Said berkata:
"Wahai para orangtua, kepala sekolah, dan guru...
Manusia adalah karya terbaik Sang Maha Pencipta
Maka, pastilah setiap manusia memiliki potensi-potensi kecerdasan."
Manusia adalah makhluk yang penuh misteri,
Maka, kecerdasan manusia juga bekerja dengan cara yang misterius.
Tugas kita adalah menemukan potensi kecerdasan itu.
Wahai para orangtua, kepala sekolah, dan guru...
Titipkanlah anak Anda ke sekolah-sekolah serba-ada kecerdasan, dan ketahuilah:
Sekolah unggul adalah sekolah yang menerima siswa-siwanya apa adanya.
Sekolah unggul adalah sekolah yang menemukan kecerdasan siswa-siwanya.
Sekolah unggul adalah sekolah yang cara belajar mengajarnya mengikuti cara kerja otak.
Sekolah unggul adalah sekolah yang proses penilaiannya berbasis penilaian autentik.
Sekolah unggul adalah sekolah yang berfungsi sebgai agent of change bagi siswa-siswanya.
Maka saya pun merenung atas nasib sayaaa... Mungkin saja saya bisa hebat dan pintar kalau otak saya bekerja sesuai dengan cara kerjanya yang dioptimalkanlkan sedini mungkin. Yang terus diasah sampai sekarang. Saya pun lanjutkan bahwa:
Wahai para orangtua, kepala sekolah, dan guru
anak dan siswa-siswa kita bukanlah Albert Einstein atapun
B.J. Habibie yang bila diberi kalkulus tingkat sulit langsung bisa dilahap dalam sekejap.
Namun, anak dan siswa-siswa kita adalah dirinya sendiri dengan potensi dan kecerdasan masing-masing,
Maka temukan dan hargailah meskipun sebesar biji zarroh (sawi)."
TULISAN INI SAYA PERSEMBAHKAN KEPADA PAK GURU Heru Kurniawan yang terus berjuang untuk ANAK-ANAK @Rumah Kreatif Wadas Kelir