Si
Kantung Semar dan Ratu Rayap
Ani Qudsiy*
Kantung semar yang
gendut tumbuh subur di pekarangan rumah. Di sebelahnya terdapat tumpukan kayu
bakar yang tersusun rapi. Tumpukan kayu bakar itu adalah rumah ratu rayap dan
rakyatnya. Saat itu ia sangat bahagia. Ia merasa keberuntungan memang berpihak
kepadanya. Bagaimana tidak, ia tumbuh subur di tempat yang dianggapnya sebagai
gudang makanan.
Akan tetapi, ratu rayap
merasa sangat menderita. Setiap hari jumlah rakyatnya makin menyusut saja.
Tentu saja semenjak ada kantung semar yang tumbuh di sebelah rumahnya.
Pagi itu, ratu rayap
marah-marah kepada kantung semar.
“Sudah cukup. Hentikan,
kau telah banyak memangsa rakyatku,” teriak ratu rayap di atas tumpukan kayu
bakar.
Kantung semar pura-pura
tak mendengar. Mulutnya tetap melongo.
“Siapa yang memangsa
rakyatmu. Salah sendiri mereka mondar-mandir di depanku kemudian masuk ke
mulutku. Artinya mereka sendiri yang secara sukarela memintaku untuk
memangsanya.”
Ratu rayap pun geram
mendengar jawaban kantung semar. “Dasar bunga tak tahu diuntung. Sudah memangsa
rakyatku tapi kau tetap tidak mengakuinya,” ratu rayap pun menjauh.
Di dalam ruangan kayu,
ratu rayap dan rakyatnya merencanakan sesuatu. Keesokan harinya, ratu rayap dan
rakyatnya pergi meninggalkan tumpukan kayu itu. Melihat kejadian itu, kantung
semar bingung dan berkata,
“Hai, kalian mau ke
mana ?”
Ratu pun menjawab
dengan ketus, “kami akan mencari tempat tinggal lain. Tinggalah kau dengan
tumpukan kayu tak berpenghuni. Tempat tinggal kami ada di mana-mana. Kau tahu
kan, banyak tumpukan kayu lain yang lebih aman.”
“Oh… tolong jangan
tinggalkan aku sendirian di sini. Nanti aku akan makan apa,” terlihat kantung
semar menyesali perbuatannya.
Kantung semar sudah
menyesali perbuatannya. Namun, ratu rayap dan rakyatnya tetap berbaris rapi
menjauh dan meninggalkan kantung semar sendirian.
Konon, saat itulah
kantung semar hidup sendirian dan mempunyai mulut melongo karena sudah terbiasa
dengan keadaannya saat masih banyak rayap-rayap di sekililingnya.
Purwokerto, Juli
2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar