Selasa, 13 November 2012

DONGENG; BIDADARI MERAH YANG SOMBONG


Bidadari Merah yang Sombong

Ani Qudsiy*

Di atas langit ketujuh, terdapat istana Awan yang sangat megah. Di istana itu, tinggalah tujuh bidadari yang cantik-cantik nan jelita. Setiap hari pakaiannya berubah-ubah. Berwarna-warni. Warna cerah adalah kesukaan para bidadari itu. Konon bidadari-bidadari itu, saat turun ke bumi, mereka berwujud kupu-kupu dengan warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Sehingga kupu-kupu itu terlihat sangat mempesona.
Kecantikan yang dimiliki para bidadari itu tidak dimiliki manusia. Itu sebabnya, ada salah satu bidadari yang sombong karena kecantikannya. Bidadari Merah itu panggilannya. Ia suka membanggakan diri dan mengolok-olok bidadari yang lain. Padahal bidadari yang lain masih saudaranya.
Pada suatu hari, para bidadari itu pergi bermain ke bumi. Seperti biasanya, tempat pertama yang dikunjungi oleh para bidadari itu ialah sungai Periangan. Mereka mandi di sana kemudian mengisi kendinya dengan air. Air itu akan di bawa ke istana Awan untuk menyirami taman bunga milik para bidadari.
Saat perjalanan pulang, salah satu bidadari yang biasa dipanggil bidadari Merah menyendiri. Ia tidak mau bergabung dengan teman-temannya yang lain. Merah memang mempunyai watak angkuh dan sombong. Ia selalu memamerkan kecantikan dan kelebihan lain yang dimilkinya. Ia merasa kuat dan berani. Sebab itulah bidadari Merah berniat akan memamerkan kecantikannya kepada manusia bumi. Berbeda dengan bidadari-bidadari lainnya. Mereka lebih rendah diri dan sopan dengan manusia.
Akibatnya, manusia bumi tidak menyukai bidadari Merah karena kesombongannya sendiri. Saat, para bidadari itu sedang jalan-jalan di taman dan beterbangan kian ke sana ke mari, Merah menolak untuk bergabung dan memutuskan memisah dari teman-temannya.
Dengan nada meledek, merah berkata “Aah… aku mau main sendiri aja, males lah kalau harus bareng-bareng gak seru !”
Bidadari lain pun mencegah niat Merah dan membujuknya supaya tidak memisah dan main sendiri.
“Kalau menurut kami, lebih baik jangan Merah !”
Merah tak menghiraukan nasehat dari bidadari lain. Malah mengepakkan sayapnya, menjauh dan menghilang. Setelah lelah terbang jauh mengelilingi taman,  ia tidak menyadari kalau taman yang dikunjungi bukan taman yang sebelumnya para bidadari kunjungi. Ia tak peduli dan tetap terbang dengan bebasnya.

***
Waktu mulai gelap. Merah tersesat. Ia lupa arah jalan pulang. Padahal sejak berangkat, ia sudah berusaha mengingat rute yang telah dilewati. Namun sesal, ternyata ia lupa.
Saat pencarian menemukan jalan pulang, Merah bertemu dengan Kodi si Kodok hitam. Merah hanya berjalan santai seolah tak terjadi apa-apa. Ia malu bercerita tentang kemalangannya. Dan malah sebaliknya ia mengolok,
“Hei, kodok dekil, ngapain kamu deket-deket aku? Badan kamu bau!”
“Perkenalkan namaku Kodi. Bukan maksudku dekat-dekat kamu kupu-kupu yang cantik, tapi aku mau bertanya, ngapain malam-malam kaya gini kamu keluyuran di taman ini ?” jawab kodok dengan nama merendah.
“Emang aku sengaja mau jalan-jalan malam. Aku kan kupu yang kuat dan pemberani, gak seperti teman-temanku yang lain yang penakut” Merah menutupi ketakutan dengan kesombongannya.
Kodok pergi dan meninggalkan Merah sendirian di taman itu. Kali ini, Merah baru merasa sendirian dan ketakutan. Di sekelilingnya terdengar suara-suara aneh. Hiii… menakutkan.
Sadar dengan kesendiriannya, Merah pun menangis. Ia merasa lemah dan malu. Ketakutanlah yang telah membuatnya menangis. Ia menyadari kalau ia bukan bidadari yang berani dan kuat seperti bualannya. Merah meringkuk dan terus menangis.
   Ternyata, Kunang-kunang memperhatikan Merah. Ia pun merasa kasihan melihat Merah yang malang. Dengan ramah ia mendekat dan mendekat lalu menenangkan Merah.
“Kupu-kupu yang cantik, di mana rumahmu?”
“Aku dari istana Awan, sebenarnya aku jelmaan dari bidadari yang tinggal di langit.” Bisik si Merah.
“Oh iya,,, aku tidak menyangka bakal ketemu dengan bidadari.” Sanjung kunang-kunang.
“Sebenarnya, aku tersesat. Tadinya aku dengan teman-teman, tapi aku memutuskan untuk jalan-jalan sendiri. Aku malu bertanya dengan teman-teman yang bertemu denganku. Aku merasa kuat dan berani. makanya sampai malam begini aku masih di sini dan belum menemukan jalan pulang.” Gundah si Merah.
Kunang-kunang merasa bangga dengan kejujuran si Merah. Dengan sinar yang memancar dari tubuh kunang-kunang ia dengan senang hati mengantarkan si Merah kembali ke langit. Kejujuran si Merah membuatnya bisa berkumpul kembali dengan teman-temannya.
Kini bidadari Merah hidup bahagia di istana langit. Ia pun menyadari bahwa hidup itu butuh orang lain, dan kejujuran akan mengalahkan kesombongan. Mulai saat itulah, warna pelangi menyatu dan menghias langit biru dengan warna-warna yang indah nan mempesona.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar