BUAH-BUAH
MANGGA JATUH DI PAGI HARI
Ani
Qudsiy*
Pak
Beno adalah ayah Rangga. Ia sangat menyukai tumbuh-tumbuhan. Di taman Pak Beno,
banyak ditumbuhi bunga-bunga dan berbagai pohon kecil yang sudah berbuah
seperti pohon tomat, pohon cabai, pohon terong, dan sebagainya.
Terlihat
di halaman rumah Pak Beno, terdapat macam-macam pohon mangga. Ada mangga
gadung, mangga harum manis, mangga apel, mangga manalagi, juga mangga golek. Kata
Pak Beno, masing-masing pohon mangganya berusia sama seperti Rangga.
Sekarang
Rangga berumur Sepuluh tahun. Ia duduk di bangku kelas empat SD sama seperti
Lala. Rangga dan Lala sudah bersahabat sejak kelas dua SD. Setiap hari minggu,
mereka berdua pasti belajar kelompok. Jadwal minggu ini adalah belajar kelompok
di rumah Rangga. Mereka berdua pulang sekolah bersama-sama.
“Asyik,
besok belajar kelompok di rumahmu ya Ga ?” Tanya Lala.
“Iya,
jangan lupa besok ya La” Jawab Rangga.
“Oke,
eh, minggu kemarin kamu sudah janji akan memetikan buah mangga lho Ga ?”
“Ya,
aku tidak lupa La, kebetulan ada sebagian mangga yang sudah masak dan ranum.
Besok sekalian kita makan mangga ya ?” Jelas Rangga.
“Oke,
Siap. Sampai bertemu besok ya Ga?” Salam Lala.
Mereka
berdua akhirnya berpisah di persimpangan jalan.
***
Hari minggu telah tiba. Tepat jam Sembilan
pagi, Lala bersiap menuju rumah Rangga. Lala melaju sambil mengayuh sepeda
kesayangannya. Perjalanan menuju rumah Rangga tidak terlalu jauh. Kira-kira
lima belas menit kalau berjalan kaki.
Tepat
pukul sembilan lewat sepuluh menit, Lala sudah sampai di rumah Rangga. Lala
takjub melihat pohon-pohon mangga Rangga. Halaman rumah Rangga jadi seperti
perkebunan mangga. Seluruh pohon mangga Rangga sangat lebat buahnya. Lala pun jadi
tambah bersemangat belajar setelah melihat pemandangan hari itu.
“Assalamualaikum…
tok-tok-tok !!!” Lala mengetuk pintu.
“Waalaikumsalam…”
Terdengar
suara Pak Beno menjawab salam dan membukakan pintu. Lala segera mencium tangan
Pak Beno dan bergegas masuk ke rumah.
“Rangga
lagi ngapain Pak ?” Tanya Lala.
“
Baru saja mandi, tunggu sebentar ya ?” Jawab Pak Beno.
Sambil
menunggu Rangga selesai mandi, Pak Beno mengajak Lala melihat pohon-pohon
mangga di halaman rumahnya. Tentu saja, Lala dengan senang hati menerima ajakan
dari Pak Beno.
Lala
memang senang berpetualang. Sudah dipastikan seratus persen kalau Lala pasti
akan banyak bertanya. Seperti di dalam kelas, ia terkenal sebagai anak yang
suka bertanya.
“
Waow, pemandangannya seperti di perkebunan mangga ya Pak ?”
“Tentu
saja La, Udaranya juga menjadi sejuk, karena sinar matahari sibuk dengan
pekerjaannya.” Jelas Pak Beno.
“Mataharinya
sibuk ngapain Pak ?”
“Tentu
saja sibuk melakukan pekerjaannya yaitu proses fotosintesis La.”
Wah,
sudah dibayangkan, pasti pertanyaan Lala akan berbuntut panjang. Akhirnya Lala
melanjutkan pertanyaan lagi kepada Pak Beno. Ia penasaran.
“Apa
itu fotosintesis Pak ?”
“Proses
fotosintesis itu proses tumbuh-tumbuhan mengubah cahaya matahari menjadi O2.
Hayo, Lala tahu O2 itu apa ?” Tanya Pak Beno.
“Oksigen
Pak” Lala jawab dengan antusias.
Sebelum
melanjutkan percakapan antara Pak Beno dan Lala, akhirnya Rangga selesai juga
mandinya. Ia segera menyusul ke halaman rumah.
Pak
Beno melanjutkan ceritanya. “Jadi tumbuh-tumbuhan sangat bermanfaat bagi
kehidupan. Karena tumbuhan menghasilkan oksigen. Oksigen dibutuhkan untuk
bernafas. Bayangkan kalau manusia bernafas dengan oksigen yang kotor tercampur
debu-debu. Tentu saja, debu-debu itu akan terhirup dan masuk ke dalam tubuh
kita.”
Rangga
dan Lala sangat bersemangat mendengar cerita dari Pak Beno.
“Pelajaran
apa yang akan kalian pelajari ?” Tanya Pak Beno.
“IPA
Yah, tentang tumbuh-tumbuhan.” Jawab Rangga.
“Wah
kebetulan sekali tadi ayah bisa bercerita tentang tumbuhan. Ya sudah, selamat
belajar.”
***
Rangga dan Lala sudah selesai belajar. Pak
Beno lalu memberi hadiah kepada mereka berdua. Yaitu, mengajak memetik mangga
yang sudah masak kesukaan mereka.
Lala
memilih mencoba mangga apel. Mangga apel mirip seperti buah apel. Bulat dan ada
warna merah disebagian kulitnya. Rangga memilih mangga gadung kesukaannya.
Sedangkan Pak Beno, ia memetik mangga harum manis.
Lala
terlihat meringis saat mencicipi buah mangga apel. Pak Beno dan Rangga
menertawainya.
“Rasanya
asem, tidak seperti buah apel.” Kata Lala.
Rangga
kasian melihat Lala, ia pun mencicipi mangga gadungnya, “nah, kalau ini manis
La, cobain deh!”
Sambil
menikmati makan mangga, Lala tidak lupa dengan kebiasaan bertanyanya.
“Pak,
Kenapa buah mangga jatuhnya di pagi hari ?”
“Kan
kalau pagi hari biar ada yang nolong La…” Jawab Rangga sekenanya.
“Betul,
kamu yang nolong kan…” Sahut Lala sebel.
“Baiklah,
kalau di sini mangganya suka jatuh di pagi hari, karenaaaa… mangganya sudah
masak, hahahaha…” Jawab Pak Beno dengan nada meledek sekenanya juga.
Mereka
bertiga tertawa bersama lalu masuk ke dalam rumah sambil membawa sekeranjang
buah beraneka macam buah mangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar