Senin, 26 Mei 2014

BUAH-BUAH MANGGA JATUH DI PAGI HARI



BUAH-BUAH MANGGA JATUH DI PAGI HARI

Ani Qudsiy*

Pak Beno adalah ayah Rangga. Ia sangat menyukai tumbuh-tumbuhan. Di taman Pak Beno, banyak ditumbuhi bunga-bunga dan berbagai pohon kecil yang sudah berbuah seperti pohon tomat, pohon cabai, pohon terong, dan sebagainya.
Terlihat di halaman rumah Pak Beno, terdapat macam-macam pohon mangga. Ada mangga gadung, mangga harum manis, mangga apel, mangga manalagi, juga mangga golek. Kata Pak Beno, masing-masing pohon mangganya berusia sama seperti Rangga.
Sekarang Rangga berumur Sepuluh tahun. Ia duduk di bangku kelas empat SD sama seperti Lala. Rangga dan Lala sudah bersahabat sejak kelas dua SD. Setiap hari minggu, mereka berdua pasti belajar kelompok. Jadwal minggu ini adalah belajar kelompok di rumah Rangga. Mereka berdua pulang sekolah bersama-sama.
“Asyik, besok belajar kelompok di rumahmu ya Ga ?” Tanya Lala.
“Iya, jangan lupa besok ya La” Jawab Rangga.
“Oke, eh, minggu kemarin kamu sudah janji akan memetikan buah mangga lho Ga ?”
“Ya, aku tidak lupa La, kebetulan ada sebagian mangga yang sudah masak dan ranum. Besok sekalian kita makan mangga ya ?” Jelas Rangga.
“Oke, Siap. Sampai bertemu besok ya Ga?” Salam Lala.
Mereka berdua akhirnya berpisah di persimpangan jalan.
***
 Hari minggu telah tiba. Tepat jam Sembilan pagi, Lala bersiap menuju rumah Rangga. Lala melaju sambil mengayuh sepeda kesayangannya. Perjalanan menuju rumah Rangga tidak terlalu jauh. Kira-kira lima belas menit kalau berjalan kaki.
Tepat pukul sembilan lewat sepuluh menit, Lala sudah sampai di rumah Rangga. Lala takjub melihat pohon-pohon mangga Rangga. Halaman rumah Rangga jadi seperti perkebunan mangga. Seluruh pohon mangga Rangga sangat lebat buahnya. Lala pun jadi tambah bersemangat belajar setelah melihat pemandangan hari itu.
“Assalamualaikum… tok-tok-tok !!!” Lala mengetuk pintu.
“Waalaikumsalam…”
Terdengar suara Pak Beno menjawab salam dan membukakan pintu. Lala segera mencium tangan Pak Beno dan bergegas masuk ke rumah.
“Rangga lagi ngapain Pak ?” Tanya Lala.
“ Baru saja mandi, tunggu sebentar ya ?” Jawab Pak Beno.
Sambil menunggu Rangga selesai mandi, Pak Beno mengajak Lala melihat pohon-pohon mangga di halaman rumahnya. Tentu saja, Lala dengan senang hati menerima ajakan dari Pak Beno.
Lala memang senang berpetualang. Sudah dipastikan seratus persen kalau Lala pasti akan banyak bertanya. Seperti di dalam kelas, ia terkenal sebagai anak yang suka bertanya.
“ Waow, pemandangannya seperti di perkebunan mangga ya Pak ?”
“Tentu saja La, Udaranya juga menjadi sejuk, karena sinar matahari sibuk dengan pekerjaannya.” Jelas Pak Beno.
“Mataharinya sibuk ngapain Pak ?”
“Tentu saja sibuk melakukan pekerjaannya yaitu proses fotosintesis La.”
Wah, sudah dibayangkan, pasti pertanyaan Lala akan berbuntut panjang. Akhirnya Lala melanjutkan pertanyaan lagi kepada Pak Beno. Ia penasaran.
“Apa itu fotosintesis Pak ?”
“Proses fotosintesis itu proses tumbuh-tumbuhan mengubah cahaya matahari menjadi O2. Hayo, Lala tahu O2 itu apa ?” Tanya Pak Beno.
“Oksigen Pak” Lala jawab dengan antusias.
Sebelum melanjutkan percakapan antara Pak Beno dan Lala, akhirnya Rangga selesai juga mandinya. Ia segera menyusul ke halaman rumah.
Pak Beno melanjutkan ceritanya. “Jadi tumbuh-tumbuhan sangat bermanfaat bagi kehidupan. Karena tumbuhan menghasilkan oksigen. Oksigen dibutuhkan untuk bernafas. Bayangkan kalau manusia bernafas dengan oksigen yang kotor tercampur debu-debu. Tentu saja, debu-debu itu akan terhirup dan masuk ke dalam tubuh kita.”
Rangga dan Lala sangat bersemangat mendengar cerita dari Pak Beno.
“Pelajaran apa yang akan kalian pelajari ?” Tanya Pak Beno.
“IPA Yah, tentang tumbuh-tumbuhan.” Jawab Rangga.
“Wah kebetulan sekali tadi ayah bisa bercerita tentang tumbuhan. Ya sudah, selamat belajar.”
***
 Rangga dan Lala sudah selesai belajar. Pak Beno lalu memberi hadiah kepada mereka berdua. Yaitu, mengajak memetik mangga yang sudah masak kesukaan mereka.
Lala memilih mencoba mangga apel. Mangga apel mirip seperti buah apel. Bulat dan ada warna merah disebagian kulitnya. Rangga memilih mangga gadung kesukaannya. Sedangkan Pak Beno, ia memetik mangga harum manis.
Lala terlihat meringis saat mencicipi buah mangga apel. Pak Beno dan Rangga menertawainya.
“Rasanya asem, tidak seperti buah apel.” Kata Lala.
Rangga kasian melihat Lala, ia pun mencicipi mangga gadungnya, “nah, kalau ini manis La, cobain deh!”
Sambil menikmati makan mangga, Lala tidak lupa dengan kebiasaan bertanyanya.
“Pak, Kenapa buah mangga jatuhnya di pagi hari ?”
“Kan kalau pagi hari biar ada yang nolong La…” Jawab Rangga sekenanya.
“Betul, kamu yang nolong kan…” Sahut Lala sebel.
“Baiklah, kalau di sini mangganya suka jatuh di pagi hari, karenaaaa… mangganya sudah masak, hahahaha…” Jawab Pak Beno dengan nada meledek sekenanya juga.
Mereka bertiga tertawa bersama lalu masuk ke dalam rumah sambil membawa sekeranjang buah beraneka macam buah mangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar