Rabu, 28 Mei 2014

Jari Tangan Kananku Memanjang



Jari Tangan Kananku Memanjang

Ani Qudsiy*

“Nang, sarapannya yang cepat, nanti berangkatnya terlambat” teriak Ayah dari kamar.
“Ya, Yah !” Sarapan selese, aku bergegas berangkat sekolah.
Aku adalah anak vegetarian. Setiap hari, makananku adalah sayur. Sejak kecil, aku tidak suka makan selain makan sayur. Sayur kesukaanku adalah bayam, kangkung, seledri, dan wortel. Selain sayuran itu, aku tidak suka. Aneh sekali bukan.
Seingatku, sekitar umur tiga tahun, aku doyan makan telur godog, tahu rebus, dan sayur kacang panjang. Kata Ibu, aku tidak suka sayur karena paranoid dengan ulat sayur. Kejadian itu berawal saat Ibu sedang masak sup brokoli. Aku mencicipi sup brokoli buatan Ibu. Setelah tiga sedokan sup, aku dikagetkan dengan ulat sayur yang berwarna hijau terapung di atas sendokku. Hiii… Untung, aku melihatnya. Kalau tidak bisa mual-mual nanti. Sejak saat itu aku selalu waspada ketika mau makan.
Saat itu, aku berfikir supaya waspada dan tidak boleh makan makanan yang menurutku berbahaya. Ayah dan Ibu selalu meledekiku saat mereka sedang makan gudeg, sop iga, sate, bakso, dan lain-lain. Kata mereka, makanan-makanan itu sangat lezat sekali. Aku jadi geli kalau dengar mereka menyuruhku makan makanan yang semacam itu.
Ada macam-macam cerita lucu akibat sifat vegetarianku yang aneh. Saat memilih sekolah baru. Ayah dan Ibu berkeinginan supaya aku bersekolah yang sifatnya asrama. Aku sudah siap-siap untuk daftar menjadi siswa baru. Aku sangat senang membayangkan tentang sekolah baruku. Tapi, anganku pudar sudah. Ibu menceritakan sifat vegetarianku kepada kepala asrama. Kata kepala asrama, makanan yang disediakan oleh asrama sama rata dengan siswa-siswa lain. Tidak ada pilih kasih dalam hal makanan. Baik makanan yang diinginkan siswa itu bersifat enak, atau sekedar makanan yang murah sekalipun seperti sayur. Akibatnya, aku gagal masuk di sekolah asrama.
Cerita lainnya saat aku punya kucing baru. Ayah dan Ibu membelikanku dua kucing yang sangat lucu-lucu. Aku berbagi tugas dengan kakak untuk mengurus kucing-kucingku. Untuk kesepakatan, kakak memberiku tugas memberi makan sedang kakak rela bertugas membuang kotoran kucing-kucingku. Tugas dari kakak aku tolak. Aku memilih membuang kotoran kucing-kucingku.
“kamu ini gimana Nang, di kasih tugas yang enak malah nggak mau” tanya kakak.
Nggak apa-apa kak, aku nggak suka bau makanan kucing. Bau ikan !”
Kata kakak, alasanku konyol.

Sekarang aku sudah naik kelas dua SD, kadang-kadang kalau makan, aku maunya disuapi sama Bibi. Tapi, saat Bibi mau menyuapiku, ia sedang memegang tempe. Seketika, aku marah, nggak mau makan. Sampai-sampai Ibu memarahiku karena sifat vegetarianku yang keterlaluan.
“Tempe itu kan terbuat dari kedelai Nang ! Biasanya kalau vegetarian, makannya itu yang bersifat nabati seperti sayuran, kedelai, dan lain-lain. Misalkan, sate jamur, itu juga boleh dimakan bagi orang yang vegetarian. Soalnya, jamur termasuk makanan nabati” Ibu menasehatiku dengan sangat serius.
Pagi-pagi, Ayah terlihat senyum-senyum melihatku.
“Ayah, kenapa melihatku sambil senyum-senyum gitu ?”
“Danang, Ayah sekarang mau tanya. Kamu masih tertarik masuk sekolah asrama nggak ?” tanya Ayah.
“Masih banget Yah.”
Kemudian Ayah tanya lagi. “Kalau begitu, kamu mau nggak dengerin kata-kata Ayah ?”
“Mau-mau Yah !”
Ayah menyuruhku melihat kedua jari-jariku. Sambil mendengarkan sugesti Ayah dan tetap berkonsentrasi, Ayah berkata “lihat dan bayangkan jari-jarimu Nang. Keduanya sama rata kan ?”
“Iya Yah!”
Lalu Ayah berkata lagi, “sekarang perhatikan jari kananmu. Bayangkan jari-jari kananmu memanjang dan tetap berkonsentrasi. Sekarang bayangkan !”
“Iya Yah, jari kananku jadi semakin panjang. Dan terus semakin panjang jariku Yah !”
Ayah menghentikan konsentrasiku lalu bertanya “sekarang, apa yang bisa kamu ambil dari kejadian tadi Nang ?”
Aku menggeleng. Ayah menjelaskan kalau sebenarnya jari-jariku tidak memanjang. Itu hanya imajinasi saja. Artinya, jika seseorang berfikir tentang kebaikan, maka yang dilakukan adalah kebaikan. Begitu pula sebaliknya.
Kalau aku ingin sekolah di asrama maka aku harus berfikir tentang kebaikan. Kebaikan untuk diriku sendiri. Dengan bersekolah di asrama, aku akan menjadi anak yang pintar. Jadi, kendala soal makanan yang dijatah oleh asrama tidak usah dipikirkan.
“Selain sayuran, makanan yang lain juga bisa dimakan. Asalkan sehat. Makanlah  dan berfikir kalau dengan makan, tubuh kita jadi sehat.Jadi mulai sekarang, mulailah mencoba makanan-makanan lain selain sayur Nang. Selamat mencoba…” Kata Ayah.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar