Jari
Tangan Kananku Memanjang
Ani
Qudsiy*
“Nang, sarapannya yang
cepat, nanti berangkatnya terlambat” teriak Ayah dari kamar.
“Ya, Yah !” Sarapan selese,
aku bergegas berangkat sekolah.
Aku adalah anak vegetarian. Setiap hari, makananku
adalah sayur. Sejak kecil, aku tidak suka makan selain makan sayur. Sayur
kesukaanku adalah bayam, kangkung, seledri, dan wortel. Selain sayuran itu, aku
tidak suka. Aneh sekali bukan.
Seingatku, sekitar umur
tiga tahun, aku doyan makan telur godog, tahu rebus, dan sayur kacang panjang.
Kata Ibu, aku tidak suka sayur karena paranoid dengan ulat sayur. Kejadian itu
berawal saat Ibu sedang masak sup brokoli. Aku mencicipi sup brokoli buatan
Ibu. Setelah tiga sedokan sup, aku dikagetkan dengan ulat sayur yang berwarna
hijau terapung di atas sendokku. Hiii… Untung, aku melihatnya. Kalau tidak bisa
mual-mual nanti. Sejak saat itu aku selalu waspada ketika mau makan.
Saat itu, aku berfikir supaya
waspada dan tidak boleh makan makanan yang menurutku berbahaya. Ayah dan Ibu
selalu meledekiku saat mereka sedang makan gudeg, sop iga, sate, bakso, dan
lain-lain. Kata mereka, makanan-makanan itu sangat lezat sekali. Aku jadi geli
kalau dengar mereka menyuruhku makan makanan yang semacam itu.
Ada macam-macam cerita
lucu akibat sifat vegetarianku yang
aneh. Saat memilih sekolah baru. Ayah dan Ibu berkeinginan supaya aku
bersekolah yang sifatnya asrama. Aku sudah siap-siap untuk daftar menjadi siswa
baru. Aku sangat senang membayangkan tentang sekolah baruku. Tapi, anganku
pudar sudah. Ibu menceritakan sifat vegetarianku
kepada kepala asrama. Kata kepala asrama, makanan yang disediakan oleh asrama
sama rata dengan siswa-siswa lain. Tidak ada pilih kasih dalam hal makanan.
Baik makanan yang diinginkan siswa itu bersifat enak, atau sekedar makanan yang
murah sekalipun seperti sayur. Akibatnya, aku gagal masuk di sekolah asrama.
Cerita lainnya saat aku
punya kucing baru. Ayah dan Ibu membelikanku dua kucing yang sangat lucu-lucu.
Aku berbagi tugas dengan kakak untuk mengurus kucing-kucingku. Untuk
kesepakatan, kakak memberiku tugas memberi makan sedang kakak rela bertugas
membuang kotoran kucing-kucingku. Tugas dari kakak aku tolak. Aku memilih
membuang kotoran kucing-kucingku.
“kamu ini gimana Nang, di kasih tugas yang enak
malah nggak mau” tanya kakak.
“Nggak apa-apa kak, aku nggak suka
bau makanan kucing. Bau ikan !”
Kata kakak, alasanku
konyol.
Sekarang
aku sudah naik kelas dua SD, kadang-kadang kalau makan, aku maunya disuapi sama
Bibi. Tapi, saat Bibi mau menyuapiku, ia sedang memegang tempe. Seketika, aku
marah, nggak mau makan. Sampai-sampai
Ibu memarahiku karena sifat vegetarianku
yang keterlaluan.
“Tempe itu kan terbuat
dari kedelai Nang ! Biasanya kalau vegetarian,
makannya itu yang bersifat nabati seperti sayuran, kedelai, dan lain-lain.
Misalkan, sate jamur, itu juga boleh dimakan bagi orang yang vegetarian. Soalnya, jamur termasuk
makanan nabati” Ibu menasehatiku dengan sangat serius.
Pagi-pagi, Ayah terlihat senyum-senyum
melihatku.
“Ayah, kenapa melihatku
sambil senyum-senyum gitu ?”
“Danang, Ayah sekarang
mau tanya. Kamu masih tertarik masuk sekolah asrama nggak ?” tanya Ayah.
“Masih banget Yah.”
Kemudian Ayah tanya
lagi. “Kalau begitu, kamu mau nggak
dengerin kata-kata Ayah ?”
“Mau-mau Yah !”
Ayah menyuruhku melihat
kedua jari-jariku. Sambil mendengarkan sugesti Ayah dan tetap berkonsentrasi,
Ayah berkata “lihat dan bayangkan jari-jarimu Nang. Keduanya sama rata kan ?”
“Iya Yah!”
Lalu Ayah berkata lagi,
“sekarang perhatikan jari kananmu. Bayangkan jari-jari kananmu memanjang dan
tetap berkonsentrasi. Sekarang bayangkan !”
“Iya Yah, jari kananku
jadi semakin panjang. Dan terus semakin panjang jariku Yah !”
Ayah menghentikan
konsentrasiku lalu bertanya “sekarang, apa yang bisa kamu ambil dari kejadian
tadi Nang ?”
Aku menggeleng. Ayah
menjelaskan kalau sebenarnya jari-jariku tidak memanjang. Itu hanya imajinasi
saja. Artinya, jika seseorang berfikir tentang kebaikan, maka yang dilakukan
adalah kebaikan. Begitu pula sebaliknya.
Kalau aku ingin sekolah
di asrama maka aku harus berfikir tentang kebaikan. Kebaikan untuk diriku
sendiri. Dengan bersekolah di asrama, aku akan menjadi anak yang pintar. Jadi, kendala
soal makanan yang dijatah oleh asrama tidak usah dipikirkan.
“Selain sayuran,
makanan yang lain juga bisa dimakan. Asalkan sehat. Makanlah dan berfikir kalau dengan makan, tubuh kita
jadi sehat.Jadi mulai sekarang, mulailah mencoba makanan-makanan lain selain
sayur Nang. Selamat mencoba…” Kata Ayah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar