Rabu, 28 Mei 2014

Tidak Mengulangi Kesalahan



Tidak Mengulangi Kesalahan

Ani Qudsiy*

Haris adalah anak yang pintar. Namun, ia malas belajar. Terbukti, saat ujian sekolah tiba, Haris mendapatkan nilai bagus. Tapi sayang, akibatnya Haris jadi malas belajar karena  menganggap dirinya sudah paham setelah baca.
Keluarga Haris termasuk orang yang mampu. Haris bisa menikmati setiap fasilitas yang ada di rumahnya. Fasilitas yang ada di rumahnya ada komputer rumah. Setiap hari, Haris main game. Kalau main game, Haris selalu menang. Jadinya, ia ketagihan.
Ayah dan Ibu selalu menasehati, supaya Haris tidak sering-sering main game. Tapi, Haris sering membantah.
“Haris, cepat belajar, keburu nanti ngantuk !” Teriak mama.
Lalu cepat-cepat Haris menyela “Iya Bu, sebentar komputernya mau Haris matikan dulu.”
Sepulang sekolah Haris langsung menyalakan komputer. Haris main game sampai sore.  Setelah mandi sampai malam ia melanjutkan main game lagi. Saat Ibu menyuruhnya belajar, Haris mengeluh kalau ia sudah ngantuk.
Haris bermimpi dihukum Bu Eni karena tidak mengerjakan PR. Tiba-tiba terdengar ayam berkokok bersamaan dengan teriakan Ibu. Haris lalu terbangun. Waktu sudah menunjukan pukul 05.30 WIB. “Kenapa Haris baru dibangunin Bu ?” gumamnya.
“Ibu sudah bolak-balik ke kamar kamu, tapi Haris tetap nggak bangun-bangun!” Jelas Ibu.
Haris mandi secepat kilat. Setelah ganti baju, ia cepat merapikan buku pelajarannya. Waktu terus berjalan. Ia semakin gugup. Apalagi, ia teringat kalau belum mengerjakan PR. Setiap kali ia tidak mengerjakan PR, pasti dalam benaknya teringat Rara. Ya… Rara adalah  sahabatnya. “Pasti sahabatku mau menyontekiku, Rara kan anaknya nggak tegaan” gumamnya sambil berjalan menuju meja makan.
Sesampai di kelas, haris melihat Rara tidak seperti biasanya. Rara memasang wajah jutek. Haris merasa Rara sudah mengetahui niatnya. Haris tetap percaya diri, mendekat dan merayu Rara. “Ra, aku minta tolong !!! Sekali ini aja, aku janji, besok-besok kejadian ini tidak terulang” keluh Haris.
Dengan mata melotot, Rara berkata, “sekarang kita sudah naik kelas empat. Sebentar lagi kita naik kelas enam. Seharusnya kamu sudah berubah Ris !!!”
Artinya, Rara tidak memberi contekan kepada Haris. Bu Eni masuk kelas dengan memberi salam “Selamat pagi anak-anak ???!!!”
Haris semakin deg-degan. Ia berharap, Bu Eni lupa telah memberikan tugas. Dan ternyata gawat…
“Silahkan tugas kalian dikumpulkan di meja ibu sekarang !!! Tegas Bu Eni.
Esok harinya buku tugas dikembalikan dan nilai diumumkan. Bu Eni mengumumkan “Haris tidak mendapatkan nilai, jadi sebelum pulang kamu ke ruangan ibu !!!
Haris menuju ruang guru dengan wajah pucat. Rara menemaninya sambil menghibur. Haris teringat dengan mimpinya. “Benar-benar mimpi yang jadi kenyataan” keluhnya.
“Kenapa diulangi lagi Ris, kamu sudah tau kan, kalau ini bukan yang pertama kali kamu lakukan kan?” tegur Bu Eni.
Wajah Haris lalu pucat dan berkata “Maaf Bu, Haris lupa kalau ada PR.
Bu Eni lalu menasehati dengan panjang lebar, “Sebenarnya Ibu sudah tahu semuanya. Rara sudah menceritakan semuanya ke Ibu. Kamu malas belajar dan sengaja melupakan PR. Kamu selalu main game. Ibumu dan Rara berusaha menasihatimu tapi kamu abaikan. Sekarang minta maaflah kepada Mama dan Rara. Belajar itu memang kewajiban murid, dengan belajar maka Ibu bertugas memberi nilai kepada murid-murid Ibu, sebagai hasil kerja keras dan kesungguhan kalian. Karena belajar kalian tidak akan rugi. Kalian juga bisa tetap bermain saat libur sekolah.”
Haris dan Rara pulang bersama-sama. Haris bahagia mempunyai sahabat seperti Rara. Haris tidak mengulangi kesalahannya. Sekarang Haris ingin bersaing dengan Rara supaya menjadi juara kelas bukan juara game lagi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar