Tidak
Mengulangi Kesalahan
Ani
Qudsiy*
Haris adalah anak yang
pintar. Namun, ia malas belajar. Terbukti, saat ujian sekolah tiba, Haris
mendapatkan nilai bagus. Tapi sayang, akibatnya Haris jadi malas belajar karena
menganggap dirinya sudah paham setelah
baca.
Keluarga Haris termasuk
orang yang mampu. Haris bisa menikmati setiap fasilitas yang ada di rumahnya. Fasilitas
yang ada di rumahnya ada komputer rumah. Setiap hari, Haris main game. Kalau main game, Haris selalu menang. Jadinya, ia ketagihan.
Ayah dan Ibu selalu
menasehati, supaya Haris tidak sering-sering main game. Tapi, Haris sering membantah.
“Haris, cepat belajar,
keburu nanti ngantuk !” Teriak mama.
Lalu cepat-cepat Haris
menyela “Iya Bu, sebentar komputernya mau Haris matikan dulu.”
Sepulang sekolah Haris
langsung menyalakan komputer. Haris main game
sampai sore. Setelah mandi sampai
malam ia melanjutkan main game lagi.
Saat Ibu menyuruhnya belajar, Haris mengeluh kalau ia sudah ngantuk.
Haris bermimpi dihukum
Bu Eni karena tidak mengerjakan PR. Tiba-tiba terdengar ayam berkokok bersamaan
dengan teriakan Ibu. Haris lalu terbangun. Waktu sudah menunjukan pukul 05.30
WIB. “Kenapa Haris baru dibangunin Bu ?” gumamnya.
“Ibu sudah bolak-balik
ke kamar kamu, tapi Haris tetap nggak
bangun-bangun!” Jelas Ibu.
Haris mandi secepat
kilat. Setelah ganti baju, ia cepat merapikan buku pelajarannya. Waktu terus
berjalan. Ia semakin gugup. Apalagi, ia teringat kalau belum mengerjakan PR. Setiap
kali ia tidak mengerjakan PR, pasti dalam benaknya teringat Rara. Ya… Rara
adalah sahabatnya. “Pasti sahabatku mau
menyontekiku, Rara kan anaknya nggak tegaan”
gumamnya sambil berjalan menuju meja makan.
Sesampai di kelas,
haris melihat Rara tidak seperti biasanya. Rara memasang wajah jutek. Haris
merasa Rara sudah mengetahui niatnya. Haris tetap percaya diri, mendekat dan merayu
Rara. “Ra, aku minta tolong !!! Sekali ini aja, aku janji, besok-besok kejadian
ini tidak terulang” keluh Haris.
Dengan mata melotot,
Rara berkata, “sekarang kita sudah naik kelas empat. Sebentar lagi kita naik
kelas enam. Seharusnya kamu sudah berubah Ris !!!”
Artinya, Rara tidak
memberi contekan kepada Haris. Bu Eni masuk kelas dengan memberi salam “Selamat
pagi anak-anak ???!!!”
Haris semakin
deg-degan. Ia berharap, Bu Eni lupa telah memberikan tugas. Dan ternyata gawat…
“Silahkan tugas kalian
dikumpulkan di meja ibu sekarang !!! Tegas Bu Eni.
Esok
harinya buku tugas dikembalikan dan nilai diumumkan. Bu Eni mengumumkan “Haris
tidak mendapatkan nilai, jadi sebelum pulang kamu ke ruangan ibu !!!
Haris menuju ruang guru
dengan wajah pucat. Rara menemaninya sambil menghibur. Haris teringat dengan
mimpinya. “Benar-benar mimpi yang jadi kenyataan” keluhnya.
“Kenapa diulangi lagi
Ris, kamu sudah tau kan, kalau ini bukan yang pertama kali kamu lakukan kan?”
tegur Bu Eni.
Wajah Haris lalu pucat
dan berkata “Maaf Bu, Haris lupa kalau ada PR.
Bu Eni lalu menasehati
dengan panjang lebar, “Sebenarnya Ibu sudah tahu semuanya. Rara sudah
menceritakan semuanya ke Ibu. Kamu malas belajar dan sengaja melupakan PR. Kamu
selalu main game. Ibumu dan Rara
berusaha menasihatimu tapi kamu abaikan. Sekarang minta maaflah kepada Mama dan
Rara. Belajar itu memang kewajiban murid, dengan belajar maka Ibu bertugas
memberi nilai kepada murid-murid Ibu, sebagai hasil kerja keras dan kesungguhan
kalian. Karena belajar kalian tidak akan rugi. Kalian juga bisa tetap bermain
saat libur sekolah.”
Haris dan Rara pulang
bersama-sama. Haris bahagia mempunyai sahabat seperti Rara. Haris tidak
mengulangi kesalahannya. Sekarang Haris ingin bersaing dengan Rara supaya
menjadi juara kelas bukan juara game
lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar