Rabu, 28 Mei 2014

LAGI MUSIM



LAGI MUSIM

Ani Qudsiy*

Ira duduk di depan televisi sambil memegang pulpen dan buku kecil. Ia terlihat sedang mencatat sesuatu. Dari jauh, Mama mengamati dan bertanya “Ira sedang ngapain sayang ?”
“Lagi nulis catatan Ma. Fashion apa yang sekarang artis pakai. Mulai dari baju, model rambut, dan sepatunya.” Jawabnya.
Hari minggu sekolah libur. Mama meminta supaya Ira menemani Mama belanja ke mall. Setelah keluar dari kamar, Ira terlihat berbeda. Ia berdandan layaknya anak dewasa. “Kok Ira dandan seperti itu ?” Tegur Mama.
Nggak apa-apa Ma, sekarang baru trend dandan yang seperti ini” bela Ira.
Ira membantu Mama memilih sayur. Selesei belanja sayur, Ira langsung mengajak Mama melihat baju. Ira memilih-milih baju yang disukainya.
“Ma, Ira boleh milih satu ya ?” Ira merayu Mama.
Mama heran dengan sikap Ira yang belakangan ini berubah. Sikapnya terlihat seperti anak dewasa saja. Pilihan baju yang dipilihpun seperti pakaian anak dewasa. Sesampai di rumah, Mama minta penjelasan. Kenapa sikap Ira berubah. Mulai dari caranya berdandan dan memilih baju.
Ira menjelaskan, kalau ia bersikap demikian supaya dibilang gaul. Mama pun terbahak mendengar penjelasan dari Ira. Mama sengaja membiarkan dan tidak menegurnya.
Hari Senin tiba. Ira bersiap-siap berangkat ke sekolah. Ia meminta kepada Mama, supaya rambutnya dikuncir seperti artis yang disebutnya. Rambunya dikuncir agak ke atas, kemudian dikasih jepit rambut warna ungu, supaya serasi dengan warna tas dan jam tangannya.
“Cuma jepit rambut saja, kenapa harus sama warnanya. Mama pikir, itu nggak berpengaruh apa-apa buat penampilan Ira” tanya Mama.
“Mama, kalau warnanya nggak serasi, nanti jadi nggak matching dan gaul” kata Ira.
Setelah pulang sekolah, Ira istirahat siang sambil menonton televisi. Sambil memegang pulpen dan buku kecil, ia mencatat sesuatu di kertasnya. Mama memperhatikan dan menanyakan isi catatan itu.
“Sekarang apa lagi yang dicatat Ira ?” tanya Mama.
“Itu Ma, cara artis berbicara” jawab Ira.
Sebelum berangkat ke sekolah, Ira pamit dulu sama Mama. Kali ini Mama mendengar suara yang aneh.
Gue berangkat dulu ya Ma” pamit Ira.
“Kok pamitnya seperti itu sayang ?” tanya Mama.
Nggak apa-apa Ma, gue pengen nyoba biar dibilang gaul. Mama nggak usah khawatir ya ” bela Ira.
Sepulang sekolah, sesuatu terjadi. Di pertengahan jalan, ban sepeda Ira bocor. Untung dekat sama bengkel tambal ban. Ira langsung menuntun sepedanya menuju bengkel. Ia bingung, soalnya nggak bawa uang buat bayar bengkelnya. Akhirnya, Ira pimjam handphone tukang tambal ban dan segera SMS Mama.
“Ma, b4n spD 6w bC0r. 6w sKr6 l9 d! 8en9kel dkT Sk0lhN, jMpT y M4 Coz 9w Gx 84W4 u4n9” teks pesan singkat dari Ira.
Mama menerima pesan singkat yang dikirim oleh Ira. Mama kesulitan membaca   SMS dari Ira. Mama mengira kalau pesan itu, dari orang yang sedang iseng. Mama pun mengabaikan pesan tersebut. Ira menunggu terlalu lama di bengkel. Mama tak kunjung datang. Ira memutuskan meninggalkan sepedanya dulu di bengkel. Takutnya yang punya bengkel nggak percaya sama Ira. Akhirnya Ira pulang dengan jalan kaki.
Sampai di rumah, Ira langsung marah-marah. Ira pikir Mama sengaja tidak menjemputnya di bengkel.
“Ira, Mama kan orang tua, jadi nggak tahu cara baca SMS yang kaya gitu. Lagian tulisannya juga kaya gitu, jadi mana Mama tahu. Mama pikir, SMS itu dari orang iseng” jelas Mama.
“Mama kaya nggak tahu aja, itu namanya tulisan gaul” omel Ira.
Semakin hari gaya Ira semakin menjadi-jadi. Cara ia menulis pelajaran juga singkat-singkat. Semua itu dilakukan dilakukan Ira, biar terlihat gaul. Nasehat dari Mama supaya cara menulisnya dibenahipun dihiraukan. Menurut Mama, tulisan Ira tidak bisa dibaca orang lain. Hanya Ira sendiri yang bisa baca tulisannya.
Ujian kenaikan kelas telah tiba. Biasanya Mama memberi pertanyaan buat Ira. Namun kali ini Mama tidak bisa membantu Ira. Mama nggak bisa baca tulisan Ira. Mama hanya menjawab pertanyaan yang Ira nggak bisa. Akibatnya, Ira tidak maksimal dalam belajar.
Pembagian nilai hasil ujian telah tiba. Ira deg-degan melihat hasil ujiannya. Ia berharap supaya masuk ranking tiga besar seperti hasil sebelum-sebelumnya.
Ira kaget. Ternyata, nilai-nilainya tidak begitu bagus. Nilai-nilainya tidak memuaskan. Akibatnya ia tidak masuk ranking tiga besar.
“Kenapa nilaiku jelek Bu, aku merasa bisa mengerjakan soal-soal ujiannya kemaren” keluh Ira kepada Bu Desi.
“Benarkah demikian nak. Ibu minta maaf kalau hasil nilaimu jelek. Ibu kesulitan mengoreksi dan membaca jawaban dari lembar Ira. Tulisan-tulisan Ira singkat-singkat. Kadang juga memakai tulisan yang tidak baku. Padahal ibu harus mengoreksi lembar jawab dari teman-teman kamu yang lain. Akibatnya, jawaban yang tidak terbaca ibu anggap salah” jelas Bu Desi.
Ira menyesali perbuatannya. Ia meniru gaya orang lain biar dianggap gaul. Ternyata semua itu nggak perlu. Ira sudah kembali menjadi Ira yang dulu. Sederhana dan apa adanya. Kejadian ini, menjadi pelajaran berharga buat Ira.
Pesan Mama selalu diingat, “kewajiban Ira adalah belajar. Boleh meniru gaya orang lain asal baik dan bermanfaat. Supaya tidak menyesal di kemudian hari.”




Tidak ada komentar:

Posting Komentar