LAGI MUSIM
Ani Qudsiy*
Ira
duduk di depan televisi sambil memegang pulpen dan buku kecil. Ia terlihat sedang
mencatat sesuatu. Dari jauh, Mama mengamati dan bertanya “Ira sedang ngapain
sayang ?”
“Lagi
nulis catatan Ma. Fashion apa yang
sekarang artis pakai. Mulai dari baju, model rambut, dan sepatunya.” Jawabnya.
Hari
minggu sekolah libur. Mama meminta supaya Ira menemani Mama belanja ke mall. Setelah keluar dari kamar, Ira
terlihat berbeda. Ia berdandan layaknya anak dewasa. “Kok Ira dandan seperti
itu ?” Tegur Mama.
“Nggak apa-apa Ma, sekarang baru trend dandan yang seperti ini” bela Ira.
Ira
membantu Mama memilih sayur. Selesei belanja sayur, Ira langsung mengajak Mama
melihat baju. Ira memilih-milih baju yang disukainya.
“Ma,
Ira boleh milih satu ya ?” Ira merayu Mama.
Mama
heran dengan sikap Ira yang belakangan ini berubah. Sikapnya terlihat seperti
anak dewasa saja. Pilihan baju yang dipilihpun seperti pakaian anak dewasa.
Sesampai di rumah, Mama minta penjelasan. Kenapa sikap Ira berubah. Mulai dari
caranya berdandan dan memilih baju.
Ira
menjelaskan, kalau ia bersikap demikian supaya dibilang gaul. Mama pun terbahak
mendengar penjelasan dari Ira. Mama sengaja membiarkan dan tidak menegurnya.
Hari Senin
tiba. Ira bersiap-siap berangkat ke sekolah. Ia meminta kepada Mama, supaya
rambutnya dikuncir seperti artis yang disebutnya. Rambunya dikuncir agak ke
atas, kemudian dikasih jepit rambut warna ungu, supaya serasi dengan warna tas
dan jam tangannya.
“Cuma
jepit rambut saja, kenapa harus sama warnanya. Mama pikir, itu nggak berpengaruh apa-apa buat
penampilan Ira” tanya Mama.
“Mama,
kalau warnanya nggak serasi, nanti
jadi nggak matching dan gaul” kata Ira.
Setelah
pulang sekolah, Ira istirahat siang sambil menonton televisi. Sambil memegang
pulpen dan buku kecil, ia mencatat sesuatu di kertasnya. Mama memperhatikan dan
menanyakan isi catatan itu.
“Sekarang
apa lagi yang dicatat Ira ?” tanya Mama.
“Itu
Ma, cara artis berbicara” jawab Ira.
Sebelum
berangkat ke sekolah, Ira pamit dulu sama Mama. Kali ini Mama mendengar suara
yang aneh.
“Gue berangkat dulu ya Ma” pamit Ira.
“Kok
pamitnya seperti itu sayang ?” tanya Mama.
“Nggak apa-apa Ma, gue pengen nyoba biar dibilang gaul. Mama nggak usah khawatir ya ”
bela Ira.
Sepulang
sekolah, sesuatu terjadi. Di pertengahan jalan, ban sepeda Ira bocor. Untung
dekat sama bengkel tambal ban. Ira langsung menuntun sepedanya menuju bengkel.
Ia bingung, soalnya nggak bawa uang
buat bayar bengkelnya. Akhirnya, Ira pimjam handphone
tukang tambal ban dan segera SMS Mama.
“Ma,
b4n spD 6w bC0r. 6w sKr6 l9 d! 8en9kel dkT Sk0lhN, jMpT y M4 Coz 9w Gx 84W4
u4n9” teks pesan singkat dari Ira.
Mama
menerima pesan singkat yang dikirim oleh Ira. Mama kesulitan membaca SMS dari Ira. Mama mengira kalau pesan itu, dari
orang yang sedang iseng. Mama pun mengabaikan pesan tersebut. Ira menunggu terlalu
lama di bengkel. Mama tak kunjung datang. Ira memutuskan meninggalkan sepedanya
dulu di bengkel. Takutnya yang punya bengkel nggak percaya sama Ira. Akhirnya Ira pulang dengan jalan kaki.
Sampai
di rumah, Ira langsung marah-marah. Ira pikir Mama sengaja tidak menjemputnya
di bengkel.
“Ira,
Mama kan orang tua, jadi nggak tahu
cara baca SMS yang kaya gitu. Lagian
tulisannya juga kaya gitu, jadi mana
Mama tahu. Mama pikir, SMS itu dari orang iseng” jelas Mama.
“Mama
kaya nggak tahu aja, itu namanya
tulisan gaul” omel Ira.
Semakin
hari gaya Ira semakin menjadi-jadi. Cara ia menulis pelajaran juga
singkat-singkat. Semua itu dilakukan dilakukan Ira, biar terlihat gaul. Nasehat
dari Mama supaya cara menulisnya dibenahipun dihiraukan. Menurut Mama, tulisan
Ira tidak bisa dibaca orang lain. Hanya Ira sendiri yang bisa baca tulisannya.
Ujian
kenaikan kelas telah tiba. Biasanya Mama memberi pertanyaan buat Ira. Namun
kali ini Mama tidak bisa membantu Ira. Mama nggak
bisa baca tulisan Ira. Mama hanya menjawab pertanyaan yang Ira nggak bisa. Akibatnya, Ira tidak
maksimal dalam belajar.
Pembagian
nilai hasil ujian telah tiba. Ira deg-degan melihat hasil ujiannya. Ia berharap
supaya masuk ranking tiga besar seperti hasil sebelum-sebelumnya.
Ira
kaget. Ternyata, nilai-nilainya tidak begitu bagus. Nilai-nilainya tidak
memuaskan. Akibatnya ia tidak masuk ranking tiga besar.
“Kenapa
nilaiku jelek Bu, aku merasa bisa mengerjakan soal-soal ujiannya kemaren” keluh
Ira kepada Bu Desi.
“Benarkah
demikian nak. Ibu minta maaf kalau hasil nilaimu jelek. Ibu kesulitan
mengoreksi dan membaca jawaban dari lembar Ira. Tulisan-tulisan Ira
singkat-singkat. Kadang juga memakai tulisan yang tidak baku. Padahal ibu harus
mengoreksi lembar jawab dari teman-teman kamu yang lain. Akibatnya, jawaban
yang tidak terbaca ibu anggap salah” jelas Bu Desi.
Ira
menyesali perbuatannya. Ia meniru gaya orang lain biar dianggap gaul. Ternyata
semua itu nggak perlu. Ira sudah
kembali menjadi Ira yang dulu. Sederhana dan apa adanya. Kejadian ini, menjadi
pelajaran berharga buat Ira.
Pesan
Mama selalu diingat, “kewajiban Ira adalah belajar. Boleh meniru gaya orang
lain asal baik dan bermanfaat. Supaya tidak menyesal di kemudian hari.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar