MANISAN
MANIS ASAM BUAH MANGGA
Ani Qudsiy*
Pagi
itu, Ibu Lala berniat memberi kejutan untuk ulang tahun Lala. Ibu Lala ingin
memberi kado yang berbeda. Karena Lala sangat menyukai buah mangga, maka Ibu
Lala punya ide untuk mengado Lala dengan buah mangga.
Ibu
Lala bergegas menuju pasar yang jaraknya tidak jauh dari rumah Lala. Ibu Lala
segera menuju toko buah. Namun, sayang sekali ternyata stok buah mangga di toko
tersebut sedang habis. Padahal Ibu Lala ingin mengado Lala dengan sekeranjang buah
mangga.
Akhirnya,
Ibu Lala memutuskan membuat makanan kesukaan Lala yaitu nasi goreng cumi bakar.
Ibu Lala langsung bergegas membeli cumi-cumi di kios ikan bagian dalam pasar.
Ketika
Ibu Lala sedang memilih-milih cumi, tiba-tiba datang seorang yang terlihat
kumal membawa sekeranjang buah mangga. Tentu saja, Ibu Lala langsung
menghampirinya. Akan tetapi, Ibu Lala sangat kecewa, ternyata mangga tersebut
masih belum masak. Akhirnya, Ibu Lala tidak jadi membeli mangga tersebut lalu
meninggalkan penjual mangga.
Setelah
keluar dari pasar, Ibu Lala melihat pemandangan yang mengharukan. Seorang
penjual mangga muda yang ditemui di dalam pasar sedang berlari menghampiri
istrinya yang tergopoh-gopoh menggendong anaknya. Karena merasa iba, akhirnya
Ibu Lala menghampirinya. Ibu Lala bertanya apa yang telah terjadi, ternyata
anak penjual mangga muda itu sedang sakit. Ia membutuhkan uang untuk biaya
berobat anaknya.
Tanpa
berpikir panjang, akhirnya Ibu Lala membeli mangga muda yang dibawa penjual
mangga. Istri penjual mangga itu sangat berterima kasih atas kebaikan Ibu Lala.
Ibu
Lala bergegas pulang ke rumah. Sesampai di rumah, Ibu Lala bingung melihat
sekeranjang buah mangga yang begitu banyak.
“Padahal
ibu berniat membelikanmu buah mangga yang manis dan lezat La. Tapi, ternyata
Allah berkehendak lain, ternyata buah mangga muda yang ibu bawa pulang.” gumam
Ibu Lala di dalam hati.
Sekeranjang
buah mangga muda pun dibiarkan tergeltak begitu saja di pojok dapur. Pagi itu,
Ibu Lala terlihat tidak bersemangat sambil membuat nasi goreng cumi bakar untuk
Lala. Tiba-tiba, Ibu Lala membayangkan tentang manisan. Lala menyukai manisan
yang dijual di toko-toko.
“Bagaimana
kalau mangga ini Ibu buat manisan ya, kan lebih sehat.” Gumam Ibu kembali.
Akhirnya
Ibu Lala segera mengupas mangga-mangga tersebut. Lalu diiris tipis-tipis. Irisan mangga terus direndam pakai garam
sampai rata. Setelah beberapa jam, irisan mangga dicuci sampai bersih. Tahap
terakhir, mangga direndam pakai gula pasir sampai rata.
“Masih
jam 11:00, sambil menunggu Lala pulang, jadi deh manisan buah mangganya.” Seru
Ibu Lala.
***
Lala
sudah pulang sekolah. Ibu Lala sengaja merahasiakan tentang manisan buah
mangga. Ibu Lala berniat memberikannya pada saat makan malam.
“Nasi
goreng cumi bakar sudah siap… ” Seru Ibu.
Lala
sigap menghampiri ibu tanpa pikir panjang. Terdengar suara keroncong dari perut
Lala yang merdu. Lala pun tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Ibu.
“Terima
kasih Bu.”
“Jangan
terburu-buru kalau makan La, cuci tangan dan berdoa dulu.”
“Siap
Bu.”
***
Ayah,
Ibu, dan Lala berkumpul bersama di meja makan bersiap untuk makan malam. Ibu
Lala menghidangkan manisan buah mangga buat Lala. Tentu saja Lala terkejut. Ayah dan Lala
segera mencicipi manisan tersebut. Waow, ternyata rasanya juga mengejutkan.
Ayah
dan Lala terlihat meringis saat mencicipi manisan buah mangga. Ibu Lala menertawakan
mereka berdua. Diam-diam Ibu Lala merahasiakan sesuatu. Resep manisan buah
mangga ada yang salah. Ternyata, saat merendam irisan buah mangga seharusnya
butuh waktu berhari-hari supaya rasa asamnya mangga hilang. Tapi, Ibu Lala
hebat, telah membuat manisan buah mangga siap saji secepat kilat.
Manisan
buah mangga yang tidak manis. Malam itu meja makan Lala jadi rame dengan
kekompakan Ayah, Ibu, dan Lala yang tertawa geli. Akhirnya, mereka bertiga
sepakat memberi nama manisan manis asam buah mangga sebagai kado ulang tahun
Lala yang ke sepuluh. Tentu saja, Lala merasa bahagia. Kado itu menjadi kado
sederhana yang istimewa bagi Lala.
“Terima
kasih Ayah dan Ibu.” Seru Lala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar