PAHALA
NAHAL UNTUK IBUNYA
Ani
Qudsiy*
Kisah
ini menceritakan seekor anak lebah yang bernama Nahal. Ia sangat berbakti
kepada kedua orangtuanya. Namun sayang sekali, ayah Nahal telah tiada sejak
Nahal masih bayi. Sekarang, ia hanya memiliki ibu. Ia sangat menyayangi ibunya.
Karena Nahal sangat berbakti kepada ibunya, maka Allah memberinya ujian.
Pada
suatu ketika, ibu Nahal sakit keras. Penyakit itu hanya bisa disembuhkan dengan
ramuan dari bunga ajaib. Bunga Ajaib itu terletak di atas bukit yang jauh di
dalam hutan.
Bagi
Nahal, pencarian bunga ajaib itu adalah ujian yang berat. Karena, ia harus
meninggalkan ibunya sendirian di rumah. Selain itu, ia juga takut kepada para
penghuni hutan yang tidak bisa dibayangkannya. Yang pasti, ia ketakutan jika
bertemu dengan ular yang sangat ditakutinya.
Karena
semuanya ujian dari Allah, maka Nahal segera mencari bunga ajaib itu. Ia yakin,
Allah pasti akan melindunginya. Sebelum berangkat menuju hutan, ia mencium
kening ibunya.
Perjalanan
dimulai tanpa hambatan. Nahal senang sekali. Ia terus menyusuri hutan yang
sangat gelap dan lebat. Karena tubuhnya kecil, ia jadi mudah kalau melewati
ranting-ranting pohon. Tapi, ada juga kejadian lucu yang dialaminya.
Ketika
Nahal sedang istirahat di ranting pohon, tak sengaja ia menduduki ranting pohon
yang sudah lapuk dan empuk. Setelah diamati, bukan ranting pohon yang empuk dan
lapuk, tetapi itu tubuh ular. Untung, ia cepat menyadarinya. Kalau tidak,
bisa-bisa Nahal sudah dilahap ular itu.
***
Setelah
tiga hari berlalu, akhirnya Nahal sampai di sebuah bukit yang penuh dengan
bunga-bunga. Ia bingung. Di bukit itu, tidak ada seorang pun. Sangat sepi.
Nahal
terbang ke sana ke mari memilih bunga ajaib. Karena terlalu lelah, akhirnya ia
tertidur di atas kelopak bunga. Dalam tidurnya, ia bermimpi bertemu ibunya. Ibu
Nahal menyuruhnya pergi mencari seorang pak Tua.
Akhirnya,
Nahal pun terbangun. Ia menjadi sangat rindu pada ibunya. Ia lalu pergi mencari
seorang pak Tua. Dari kejauhan ia melihat pak Tua yang sedang mencangkul. Ia
lalu mendekatinya.
“Wahai
pak Tua, boleh saya bertanya ???”
“Tanya
apa?”
“Saya
sedang mencari bunga ajaib untuk mengobati ibuku, apakah bapak tahu???”
“Tentu
saja tahu, bunga-bunga itu kan milikku…” tegas pak Tua.
“Maukah
kau memberiku bunga ajaib itu?”
“Tidak
boleh” jawab pak Tua.
Nahal
pun sangat sedih. Akhirnya, pak Tua menjelaskan kepadanya kalau bunga ajaib itu
tidak boleh diambil. Kalau Nahal ingin ramuan dari bunga ajaib, pak tua akan
memberikannya tapi dengan satu syarat.
Nahal
menangis tersedu-sedu mendengar syarat yang diberikan pak Tua. Ia takut jika
terlalu lama di tempat ini, penyakit ibunya akan semakin parah. Pak Tua pun
segera menyuruhnya meracik ramuan itu sendiri.
Nahal
segera mengikuti petunjuk dari pak Tua. Ia menyirami bunga-bunga di kebun pak
Tua. Bunga-bunga itu menjadi semakin wangi baunya. Dalam sehari, sering kali
Nahal mencium dan memakan serbuk bunga sampai kekenyangan.
Supaya
tidak kekenyangan, pak Tua menyuruh Nahal menyisihkan serbuk yang diambil untuk
ibunya. Pak Tua tahu kalau serbuk itu adalah ramuan yang bisa menyembuhkan ibunya.
Akhirnya, pak Tua menyuruh Nahl pulang membawa serbuk itu.
Perjalanan
menuju rumah sangat jauh. Nahal takut serbuk itu segera rusak dan tidak
berguna. Karena Allah Maha Pemurah, maka melalui pak Tua, Allah memberikan
serbuk kasih sayang kepada Nahal supaya ramuan itu awet.
Akhirnya,
Nahal pulang dengan perasaan bahagia. Ramuan itu diminumkan kepada ibunya yang
sangat lemah tidak berdaya. Setelah beberapa jam, ibu Nahal tersadar. Mereka
berdua saling berpelukan dan mengucapkan syukur atas nikmat Allah.
Setelah
beberapa waktu, Nahal menceritakan perjalanan mencari bunga ajaib kepada
ibunya. Ibu Nahal pun tersenyum dan berterima kasih kepada Allah, karena telah
memberinya anak yang sangat sayang kepadanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar