Senin, 26 Mei 2014

PAHALA NAHAL UNTUK IBUNYA



PAHALA NAHAL UNTUK IBUNYA

Ani Qudsiy*

Kisah ini menceritakan seekor anak lebah yang bernama Nahal. Ia sangat berbakti kepada kedua orangtuanya. Namun sayang sekali, ayah Nahal telah tiada sejak Nahal masih bayi. Sekarang, ia hanya memiliki ibu. Ia sangat menyayangi ibunya. Karena Nahal sangat berbakti kepada ibunya, maka Allah memberinya ujian.
Pada suatu ketika, ibu Nahal sakit keras. Penyakit itu hanya bisa disembuhkan dengan ramuan dari bunga ajaib. Bunga Ajaib itu terletak di atas bukit yang jauh di dalam hutan.
Bagi Nahal, pencarian bunga ajaib itu adalah ujian yang berat. Karena, ia harus meninggalkan ibunya sendirian di rumah. Selain itu, ia juga takut kepada para penghuni hutan yang tidak bisa dibayangkannya. Yang pasti, ia ketakutan jika bertemu dengan ular yang sangat ditakutinya.
Karena semuanya ujian dari Allah, maka Nahal segera mencari bunga ajaib itu. Ia yakin, Allah pasti akan melindunginya. Sebelum berangkat menuju hutan, ia mencium kening ibunya.
Perjalanan dimulai tanpa hambatan. Nahal senang sekali. Ia terus menyusuri hutan yang sangat gelap dan lebat. Karena tubuhnya kecil, ia jadi mudah kalau melewati ranting-ranting pohon. Tapi, ada juga kejadian lucu yang dialaminya.
Ketika Nahal sedang istirahat di ranting pohon, tak sengaja ia menduduki ranting pohon yang sudah lapuk dan empuk. Setelah diamati, bukan ranting pohon yang empuk dan lapuk, tetapi itu tubuh ular. Untung, ia cepat menyadarinya. Kalau tidak, bisa-bisa Nahal sudah dilahap ular itu.
***
Setelah tiga hari berlalu, akhirnya Nahal sampai di sebuah bukit yang penuh dengan bunga-bunga. Ia bingung. Di bukit itu, tidak ada seorang pun. Sangat sepi.
Nahal terbang ke sana ke mari memilih bunga ajaib. Karena terlalu lelah, akhirnya ia tertidur di atas kelopak bunga. Dalam tidurnya, ia bermimpi bertemu ibunya. Ibu Nahal menyuruhnya pergi mencari seorang pak Tua.
Akhirnya, Nahal pun terbangun. Ia menjadi sangat rindu pada ibunya. Ia lalu pergi mencari seorang pak Tua. Dari kejauhan ia melihat pak Tua yang sedang mencangkul. Ia lalu mendekatinya.
“Wahai pak Tua, boleh saya bertanya ???”
“Tanya apa?”
“Saya sedang mencari bunga ajaib untuk mengobati ibuku, apakah bapak tahu???”
“Tentu saja tahu, bunga-bunga itu kan milikku…” tegas pak Tua.
“Maukah kau memberiku bunga ajaib itu?”
“Tidak boleh” jawab pak Tua.
Nahal pun sangat sedih. Akhirnya, pak Tua menjelaskan kepadanya kalau bunga ajaib itu tidak boleh diambil. Kalau Nahal ingin ramuan dari bunga ajaib, pak tua akan memberikannya tapi dengan satu syarat.
Nahal menangis tersedu-sedu mendengar syarat yang diberikan pak Tua. Ia takut jika terlalu lama di tempat ini, penyakit ibunya akan semakin parah. Pak Tua pun segera menyuruhnya meracik ramuan itu sendiri.
Nahal segera mengikuti petunjuk dari pak Tua. Ia menyirami bunga-bunga di kebun pak Tua. Bunga-bunga itu menjadi semakin wangi baunya. Dalam sehari, sering kali Nahal mencium dan memakan serbuk bunga sampai kekenyangan.
Supaya tidak kekenyangan, pak Tua menyuruh Nahal menyisihkan serbuk yang diambil untuk ibunya. Pak Tua tahu kalau serbuk itu adalah ramuan yang bisa menyembuhkan ibunya. Akhirnya, pak Tua menyuruh Nahl pulang membawa serbuk itu.
Perjalanan menuju rumah sangat jauh. Nahal takut serbuk itu segera rusak dan tidak berguna. Karena Allah Maha Pemurah, maka melalui pak Tua, Allah memberikan serbuk kasih sayang kepada Nahal supaya ramuan itu awet.
Akhirnya, Nahal pulang dengan perasaan bahagia. Ramuan itu diminumkan kepada ibunya yang sangat lemah tidak berdaya. Setelah beberapa jam, ibu Nahal tersadar. Mereka berdua saling berpelukan dan mengucapkan syukur atas nikmat Allah.
Setelah beberapa waktu, Nahal menceritakan perjalanan mencari bunga ajaib kepada ibunya. Ibu Nahal pun tersenyum dan berterima kasih kepada Allah, karena telah memberinya anak yang sangat sayang kepadanya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar