Senin, 26 Mei 2014

PENDIDIKAN MANDIRI BERBASIS PESANTREN MENUJU TANTANGAN GLOBAL DAN KESEJAHTERAAN EKONOMI MASYARAKAT



Ani Qudsiy*
 
Pendidikan-sekarang sudah tidak orisinil. Dia telah kehilangan jati diri. Bagaimana tidak, fenomena kapitalism yang melanda Indonesia benar-benar telah mencapai klimaks yang menjangkit seluruh aspek kehidupan. Khususnya pendidikan di Indonesia yang notabene menjadi perubah manusia menjadi yang lebih baik, justru kenyataannya berbalik tiga ratus enam puluh derajat. Pendidikan sekarang, sangat-sangat kapitalis, matrealistik. Tidak heran, jika proses dari awal sampai akhir sudah berbau matrealistik, maka hasilnya pun juga demikian.
Contohnya, orang-orang yang memiliki intelektual tinggi, lama mengenyam pendidikan, lulusan dari sekolah dan perguruan terbaik, bekerja di tempat yang terbilang terhormat, menjadi orang penting –posisi mengemban amanah dari rakyat- dihormati, disegani, justru mereka malah mengkhianati, membohongi, dan mendholimi rakyat. Sia-sia apa yang diperoleh selama mengenyam pendidikan karena tidak diamalkan ilmunya menjadi amal sholeh. Mereka lebih mementingkan kesenangan duniawi, terkecoh dengan nominal uang yang bukan miliknya, dan menggebu-gebu harus memilikinya dengan jalan instan karena malas. Hal demikian sama saja seperti lipstik yang dijadikan sebagai tameng luar supaya terlihat menarik, padahal yang diharapkan menarik itu karena inner beauty. Atau juga seperti orang yang mengendarai mobil mewah, bagus, dan mahal tapi sikapnya; membuang sampah sembarangan tapi tidak mengakui perbuatannya yang merugikan banyak pihak.
Oleh karena itu, perlunya pendidikan kesadaran agar kembali pada nilai-nilai luhur agama sebagai upaya perbaikan moral. Diperlukan lembaga pendidikan yang bermanfaat untuk mendidik orang Islam menjadi alim dan cerdas dalam pengetahuan agamanya yakni melalui peran lembaga pendidikan bersosok pesantren.
  

Lembaga Pendidikan Berbasis Pesantren
Pesantren menjadi satu-satunya lembaga pendidikan yang dianggap ideal pada era sekarang. Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang benar-benar murni tidak matrealistik dan milik masyarakat yang tumbuh dan berkembang sejak masa penyiaran Islam di Indonesia.
Seiring dengan perubahan yang semakin maju, setidaknya pesantren telah melakukan perubahan mendasar pada institusi dan kurikulum. Dengan demikian, pesantren telah membuktikan kalau dia mampu berdialog dengan jaman. Pesantren adalah lembaga pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar, dengan sistem asrama (kompleks) di mana santri-santri menerima pendidikan agama Islam menerima pendidikan agama dengan sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada di bawah kedaulatan dari leadership seseorang atau beberapa orang kiai dengan ciri-ciri khas yang bersifat kharismatik serta independen dalam segala hal.
Tujuan pesantren ialah membentuk kepribadian, memantapkan akhlak, dan melengkapinya dengan pengetahuan. Dengan demikian, pesantren dipandang sebagai lembaga pendidikan yang unik. Keunikan tersebut dipandang dari sisi rasa saling percaya (kepemimpinan pra-modern).
Hal itu telah menumbuhkan kepercayaan sekaligus harapan bagi sementara kalangan. Pesantren dapat menjadi lembaga pendidikan alternatif pada saat ini dan masa depan, sekaligus sebagai motor penggerak dan pengawal arus perubahan sosial yang semakin tidak karuan jluntrungnya (arahnya).

Menggenggam Tantangan Global
Lembaga pendidikan berbasis pesantren mampu mengambil sikap beragam dalam memecahkan tantangan global. Salah satunya ialah dengan mengambil jalan tengah; memelihara tradisi lama yang masih baik dan mengambil hal baru yang jauh lebih baik.
Langkah modernisasi tersebut dijadikan sebagai langkah dalam menyikapi arus perubahan. Yakni, dengan mengandaikan pesantren sebagai agen perubahan dengan pendekatan keagamaan. Dalam menyikapi arus perubahan, pesantren membentuk berbagai alternatif pengembangan yakni disektor ekonomi.
Meski pesantren berorientasi mencetak kemandirian dan kesejahteraan melalui aspek ekonomi, akan tetapi pesantren tetap konsisten terhadap keseimbangan visi dan misi akan pentingnya hal keduniaan dilakukan tapi tidak melupakan aspek keakhiratan.
Pesantren sebagai suatu komunitas yang hadir di tengah masyarakat untuk membangun jalinan nilai spiritualitas dan moralitas sebagai tatanan nilai yang seharusnya dipraktikan. Bertanggung jawab sebagai pengontrol sekaligus stabilisator perkembangan kehidupan masyarakat yang sering mengalami ketimpangan kultural.
Pesantren menggenggam arus globalisasi dengan memproyeksikan nilai-nilai transendental dalam dataran praksis sebagai nilai yang hidup dan dipraktikkan melalui proses pembinaan yang dilakukan secara sistematis dan simultan.

Pusat Pengkaderan
Meski pesantren pada mulanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan yang bercorak keagamaan, dan menjadi pusat pertumbuhan dari sistem zawiyah (gilda) yang dikembangkan oleh kaum sufi dengan berbagai aliran tarekatnya, tetapi bukan berarti setiap pesantren merupakan pusat kegiatan seperti itu saja.
Justru dalam pertumbuhannya yang tidak disadari pesantren malah berubah menjadi markas gerakan yang bernuansa politik massa.
Pesantren seperti kerajaan kecil, dan kiai adalah sumber mutlak kekuasaan dan kewenangan dalam lingkungan pesantren. Hal demikian, sebagai tauladan bagi para santri dalam bersikap patuh terhadap pemimpin dan bertanggung jawab akan peran masing-masing yang diberikan oleh kiai. Ketaatan santri kepada kiai lebih didasarkan pada sebuah pengharapan yaitu mendapat limpahan barakah.
Para santri dan alumni yang tunduk pada kiai akan mudah digerakkan dalam membentuk kerja sama yang kuat. Saling bersatu padu menggabungkan kekuatan dalam mencapai kebaikan yang dikontrol oleh kiai.

Pencetak Sumber Daya Manusia Andal
Percuma berangan-angan yang melambung tinggi tanpa adanya sumber daya manusia yang memadai dan mampu.
Pesantren memiliki peran strategis dalam mengembangkan ekonomi masyarakat. Pertama, sebagian besar atau hampir sebagian besar pesantren terletak di daerah pedesaan. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi kerakyatan atau progam pengentasan kemiskinan pedesaan melalui berbagai pendekatan dan proses dapat secara efektif dilakukan melalui pesantren. Kedua, latar belakang status sosial ekonomi orang tua santri sebagian besar rendah. Ketiga, pesantren merupakan lembaga sosial keagamaan atau lembaga pendidikan yang secara sosio-kultural sangat kuat karena berbasis masyarakat yang tinggi. Oleh karena itu, pengembangan ekonomi rakyat dapat efektif melalui pesantren.
Manajemen ekonomi pesantren diharapkan dapat memberdayakan masyarakat pada beberapa hal di antaranya; a) entrepeneurship santri terkait dengan dampak ekonomi (income) dan pembelajaran. b) Kontribusi terhadap pembiayaan operasional pesantren. c) Masyarakat, terkait dengan pengembangan ekonomi masyarakat sekitar pesantren. d) Pemerintah, terkait dengan dukungan secara langsung terhadap progam pemerintah.
Pesantren mencetak generasi muda yang menanamkan jiwa keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, persaudaraan, dan berpikir bebas.
Berpikir bebas dimaknakan bahwa hidup itu harus menyesuaikan kondisi tempat, tidak bersikap fanatik terhadap sesuatu yang telah diyakini, karena sikap tersebut adalah awal dari perpecahan.
Namun intinya lembaga pendidikan pesantren tetap mengedepankan peningkatan mutu iman, takwa, ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mencapai ilmuwan yang beriman dan berbudi pekerti luhur.

Pemberdaya Masyarakat dan Pengembang Ekonomi
Dalam Islam ada hadits bermaksud; bahwa kefakiran dan kemiskinan mendekatkan pada kekufuran, maka pengembangan ekonomi adalah hal yang sangat penting.
Dalam kredo jawa juga dikenal istilah hidup itu tidak usah terlalu kaya, jangan pula terlalu miskin, akan tetapi cukup untuk memenuhi segala macam kebutuhan itulah sejahtera.
Pesantren sebagai lembaga pendidikan milik masyarakat, tentu orientasinya juga berpihak pada pemberdayaan masyarakat dalam mencapai kesejahteraan hidup tanpa melanggar norma-norma kultural.
Pesantren melakukan pemberdayaan masyarakat melalui progam pendidikan dan pelatihan khususnya pada rakyat kecil.
Secara teknis, upaya itu dilakukan kiai dengan memberi inspirasi, motivasi, dan stimulasi agar seluruh potensi masyarakat diaktifkan dan dikembangkan secara maksimal dengan kegiatan pembinaan pribadi, kerja produktif yang diarahkan pada upaya menciptakan kesejahteraan bersama.
Pemberdayaan masyarakat dalam mengembangkan ekonomi selama ini yang terbaca dan dilakukan pesantren memang pada wilayah lokal, diantaranya adalah sektor jasa, perdagangan, agrobisnis, dan peternakan.
Kegiatan pengembangan ekonomi tetap melibatkan masyarakat dengan melakukan praktik bersama. Hal tersebut tentunya sangat bermakna dalam merubah pola pikir, kesadaran presepsi, dan budaya masyarakat dalam berusaha dan bekerja keras.
Tradisi kerja keras yang ditanamkan kiai kepada para santri dan masyarakat  sebenarnya adalah ruh dari aktifitas komunitas pesantren.
Kesimpulannya, lembaga pendidikan berbasis pesantren juga mempunyai prinsip ekonomi untuk pendidikan, bukan pendidikan untuk ekonomi. Prinsip tersebut mengandaikan paradigma berpikir yang ditanamkan oleh sang kiai kepada santrinya, yakni pentingnya kemandirian ekonomi sebagai sarana untuk beribadah, bukan sebaliknya, ilmu seseorang dijadikan sebagai komoditi yang diperdagangkan sehingga bisa saja melahirkan tradisi bergantung pada orang lain dalam hal ekonomi.


Daftar Pustaka
DitPeka Pontren Ditjen Kekembagaan Agama Islam Depatermen Agama, Pesantren Agrobisnis, Jakarta, 2004.
Masroer, The History of Java, Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2004.




BIODATA PENULIS
Nama              : Sulfiyani
TTL                : Kudus, 23 April 1991
Universitas     : STAIN Purwokerto
Fakultas         : Tarbiyah/ PAI
No. HP            : 0838 7619 9566
Email              : Animentari@gmail.com
Motto Hidup  : Kemenangan adalah milik orang yang berdoa dan berjuang





Tidak ada komentar:

Posting Komentar